Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

PENGERTIAN MAJAS DAN MACAM-MACAM MAJAS/GAYA BAHASA

   Dalam berbahasa, baik ragam berita maupun ragam tulis lain, lebih-lebih ragam sastra, selalu dikenal penggunaan majas/gaya bahasa. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh diksi/pilihan kata yang tepat dalam menampilkan gagasannya. Apalagi jika hendak mendeskripsikan kejadian/peristiwa secara efektif. Untuk keperluan tersebut, pengarang harus memilih kata (diksi) dan menyusun kalimat-kalimat yang bergaya, yang memiliki daya pelukiskan. Daya pelukisan atau plastik bahasa yang dapat diciptakan memalui pengggunaan kata-kata yang disebut bahasa.

            Menurut Badudu, (1975: 70-85) gaya bahasa dapat dibedakan atas:
1)      Gaya bahasa perbandingan
2)      Gaya bahasa sindiran
3)      Gaya bahasa penegasan
4)      Gaya bahasa pertentangan

1)      Gaya Bahasa Perbandingan
Gaya bahasa perbandingan meliputi:
1.      Metafora
gaya bahasa yang membandingkan suatu benda dengan benda lain secara langsung. Misalnya:
-          Pemuda adalah tulang punggung negara
-          Mendadak darah saya mendidih mendengarkan kata-katanya yang kasar

2.      Personifikasi
Sering juga disebut “pengorangan/penginsanan”, yaitu benda-benda mati yang digambarkan memiliki sifat dan perbuatan seperti manusia. Misalnya:
-          Angin menggosok-nggosokkan punggungnya pada ilalang
-          Bulan tersenyum menyaksikan kebahagiaan kedua mempelai

3.      Asosiasi
Gaya bahasa ini memeberikan perbandingan antara suatu benda yang sudah disebutkan. Perbandingan tersebut menimbulkan asosiasi terhadap benda tadi sehingga gambaran tentang benda atau hal yang  disebutkan itu menjadi lebih jelas. Misalnya:
-          Mukanya pucat bagai bulan kesiangan. (bulan yang masih terlihat saat  matahari sudah terbit, warnanya nampak kuning pucat, menimbulkan asosiasi terhadap wajah orang yang digambarkan itu)
-          Semangatnya keras bagai baja

4.      Alegori
Gaya perbandingan ini memperlihatkan perbandingan utuh. Beberapa perbandingan yang bertaut satu dengan yang lain membentuk satu kesatuan utuh. Misalnya:
-          Hidup kita diumpamakan dengan biduk atau bahtera  yang terkatung-katung ditengah lautan. Hidup yang harus ditempuh diumpamakan denngan  lautan yang harus diarungi.kesukaran yang mungkin kita temui dalam kehidupan diiumpamakan denagn topan dan badai.

5.      Simbolik
Gaya bahasa kiasan yang melukiskan suatu keadaan dengan mepergunakan benda-benda lain dengan simbol atau perlambang.
-          Bunglon, lambang orang yang tak berpendirian tetap
-          Kekasih, lambang tuhan

6.      Tropen
gaya bahasa kiasan yang mempergunakan kata-kata yang tepat dan sejajar artinya dengan pengertian yang dimaksud. Misalnya:
-          Besok Bapak Presiden akan terbang ke surabaya
-          Dia duduk melamun, hanyut dibawa perasaannya

7.      Metonomia
Gaya bahasa yang menggunakan nama merek ynng mengasosiasikan sebuah benda yang memang sangat dikenal dengan merek tersebut.
-          Ayah selalu menghisap Djarum.
-          Di datang memakai Kijang.

8.      Litotes
Suatu cara mengemukakan sesuatu dengan  maksud merendahkan diri. Namun hal yang dinyatakan tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Misalnya:
-          Jika anda tidak keberatan, silakan datang ke gubug saya
-          Terimalah barang yang tak berharga ini sebagai tanda mata

9.      Hiperbola
Suatu cara untuk menyatakan sesuatu dengan berlebih-lebihan. Misalnya:
-          Susaranya menggelegar membelah angkasa
-          Keringatnya menganak sungai.

2)      Gaya Bahasa Sindiran
Gaya bahasa sindiran meliputi:
1.      Ironi
Suatu cara menyindir dengan mengatakan sebaliknya. Misalnya:
-          Baru pukul 08:00 mengapa sudah bangun?
-          Wah pintar memang kau, mengerjakan soal semudah itu tidak ada satupun yang benar.

2.      Sinisme
Gaya bahasa sinisme juga gaya bahasa sindiran, tetapi lebih  kasar daripada ironi. Perbedaanya terletak pada nada sindiran yang kasar. Misalnya:
-          Muntah aku melihat perangaimu yang tak juga pernah berubah ini
-          Jika dikatakan tertawanya tertawa sinis, artinya dalam nada tawanya terdengar nada ejekan.

3.      Sarkasme
Suatu kalimat sindiran dengan kata-kata yang kasar. Misalnya:
-          Tulikah kamu, dipanggil sejak tadi tidak datang-datang juga.

3)      Gaya Bahasa Penegasan
Gaya bahasa penegasan meliputi:
1.      Pleonasme
Suatu cara mempertegas maksud dengan menggunakan kata berleih. Biasanya dengan memberi keterangan dibelakang kata atau bagian kalimat yang diperjelas maksudnya tersebut. Misalnya:
-          Benar, peristiwa itu kusaksikan dengan mata kepala ku sendiri
-          Dengan cepatnya pesawat itu terbang ke angkasa meninggalkan landasan.

2.      Klimaks
Gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan ppikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya, misalnya:
-          Bukan hanya beratus, beribu, malah berjuta orang yanng telah menderita akibat peperangan
-          Dari kecil sampai dewasa, malah sampai setua ini engkau belajar, tapi tak juga pandai-pandai?

3.      Antiklimaks
Gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang diurutkan dari yang terpenting berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Misalnya:
-          Kakeknya, ayahnya, dia sendiri dan kini anaknya semuannya tak ada yang luput dari penyakit turunan itu
-          Gedung-gedung , rumah-rumah, dan gubug-gubug semuanya mengibarkan Sang Saka Merah Putih pada hari ulang tahun kemerdekaan itu.

4)      Gaya Bahasa Pertentangan
Gaya bahasa pertentangan meliputi:
1.      Paradoks
Gaya bahasa yang mengandung pertentangan yang nyata dengan fakta-fakta yang ada. Paradoks dapat juga diartikan semua hal yang menarik perhatian karena kebenarannya. Misalnya:
-          Dia kaya, tapi miskin (kaya harta, tetapi miskin ilmu)
-          Gajinya besar, tetapi hidupnya sengsara.

2.      Antitesis
Gaya bahasa pertentangan yang memepergunakan panduan kata yang berlawanan. Misalnya:
-          Tua muda, besar kecil, pria wanita hadir dalam keramaian itu.
-          Hidup matinya, senang susahnya serahkanlah kepadaku.

3.      Anakronisme
Gaya bahasa ini menunjukkan dalam uaraian ada sesuatu yang tak sesuai dengan sejarah. Sesuatu yang disebutkan dalam sebuah cerita sebenarnya belum ada pada masa itu. Hal ini dapat terjadi karena ketidaktelitian pengarang menempatkan sesutatu tidak pada tempatnya.
Misalnya: dalam Julius Caesar  karya Shakespeare, terdapat kalimat “jam berbunyi 3 kali”, yang merupakan kesalahan sejarah karena pada masa Julius Caesar, belum ada jam yang dapat berdentang.

Post a Comment for "PENGERTIAN MAJAS DAN MACAM-MACAM MAJAS/GAYA BAHASA"