Khutbah Jum'at Tentang Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat

Jama'ah Jum'at yang dimuliakan Allah
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt. Takwa dalam arti melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, sebab dengan takwalah yang akan mengantarkan kita menggapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
Di antara ketakwaan kita kepada Allah adalah mengisi atau memanfaatkan kesehatan dan waktu luang dengan perbuatan perbuatan yang diridhoi oleh Allah SWT.
Kita sering menyaksikan banyak orang yang mempunyai berbagai macam kelebihan yang dimilikinya sendiri. Kelebihannya tidak tersalurkan kepada orang lain. Berapa banyak kita lihat orang pandai, tetapi kepandaiannya tidak tersalurkan kepada kawan-kawannya yang bodoh. Berapa banyak para Qori', tetapi kepandaiannya membaca tidak tersalurkan kepada kawan-kawannya yang bodoh. Berapa banyak ahli ibadah, tetapi keahliannya tidak tersalurkan kepada kawan-kawannya yang enggan beribadah.
Begitu juga berapa banyak da'i yang tidak memberi manfaat kecuali bagi dirinya sendiri. Ketika Abu Dzar masuk ke dalam Islam, maka Rasululah bertanya kepadanya:

Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa Abu Dzar mendapat manfaat dari Nabi saw. karena kelslamannya. Selanjutnya beliau menganjurkan kepadanya untuk menyalurkan manfaat itu kepada kaumnya. Pada suatu hali, paman Jabir Ibnu Abdillah pandai mengobati
Seorang yang tersengat kalajengking. Maka ia berkata: "Ya Rasulullah, engkau melarang orang memberi jampi-jampi kepada orang lain
Sedangkan aku pandai memberi jampi-jampi kepada seorang yang disengat kalajengking, bolehkah aku melakukannya?
Sabda beliau:
"Siapapun yang dapat memberi manfaat kepada orang maka lakukanlah. " (HR. Ahmad)
Meskipun seorang dilarang menggunakan ilmu sishir, tetapi Said Ibnul Musayyat mengizinkan seorang minta bantuan seorang ahli sihi untuk mengobati seorang yang terkena sihir.
Tentang masalah itu, ia berkata: "Tidak mengapa seorang minta bantuan seorang ahli sihir demi untuk mengobati seorang yang terkena gangguan sihir. Pokoknya seorang dibolehkan menerima manfaat apapun."
Pokoknya setiap muslim harus berusaha memberi manfaat bagi orang lain, bukan malah sebaliknya. Adakalanya engkau mendapati sebagian orang yang tidak mau memberi manfaat bagi orang lain meskipun tidak menyebabkan rugi dan kemanfaatan itu sendiri dapat diberikan kepada orang lain.
Tetapi, ia tidak mau melakukannya karena ia hanya memikirkan keuntungan diri sendiri. Sikap seperti itu tidak pantas dimiliki pribadi seorang muslim. Karena itu, Umar Ibnu Khatab penah menegur Muhamad Ibnu Maslamah ketika ia menahan air yang dapat mengalir ke perkebunan orang lain: "Mengapa engkau menghalang jalannya air ke tempat saudaramu, padahal sangat bermanfaat bagimu dan tidak merugikanmu sedikitpun.
Karena, dengan demikian engkau dapat mengairi sawahmu di pagi hari dan sore hari. Demi Allah, pasti dia dapat mengalirkan air ke tempat saudaramu meskipun harus lewat perutmu."
Pada asalnya, setiap muslim dianjurkan memberi manfaat apapun bagi orang lain yang membutuhkannya atau nasehat bagi yang membutuhkannya. Dan hendaknya ia yang memberikannya lebih dulu bukan atas dasar permintaan orang lain. Rasulullah pernah mencontohkannya, yaitu beliau pernah mendatangi Abas, kemudian beliau berkata:
"Wahai paman, bukankah: aku termasuk seorang yang mencintaimu? Bukankah aku termasuk Seorang yang suka memberimu manfaat? Bukankah aku termasuk seorang yang suka menyambung tali kerabatmu?"
Dikisahkan bahwa beliau pernah shalat tasbih bersama Abas, beliau menawarkan dirinya untuk memberi manfaat kepada orang lain, agar orang lain memberi manfaat kepada mereka yang membutuhkannya.
Nabi saw. pernah mengajari Abu Barzah ketika ia datang kepada beliau dan berkata: "Ya Rasulullah, ajarilah aku sesuatu yang dapat bermanfaat bagiku."
Sabda beliau:
"Perhatikan apa saja yang dapat menyakiti orang lain, makajauhkanlah dari jalanan mereka." Pengabdian semacam itu dapat menimbulkan rasa rendah hati dan memahami arti-arti kebajikan pada diri seorang da'i dan menjadikan masyarakat sekitarnya menyadari betapa butuhnya mereka kepada apa saja yang bermanfaat bagi mereka dan menjauhkan dari mereka segala malapetaka.
Jama'ah Jum'at yang dimuliakan Allah...
Jika seorang mukmin mengingat petunjuk Allah, merasakan manisnya iman dan taat, maka ia tidak akan pelit untuk menyampaikan kata-kata yang baik, agar menyelamatkan sejumlah orang yang masih belum mendapatkan karunia Allah seperti yang pernah ia dapatkan.
Nabi SAW. mengumpamakan seorang yang dapat memberi manfaat kepada orang lain dengan sebidang tanah yang subur yang dapat menerima air hujan, sehingga menumbuhkan berbagai tumbuhan yang bermanfaat,.
Baca Juga:
Contoh Khutbah Idul Fitri 1442 Terbaru- Taat Sepenuh Hati
seperti yang disebutkan dalam sabda beliau:

Bahkan, beliau selalu menggunakan kesempatannya untuk memberi pengajaran yang bermanfaat kepada orang lain, seperti yang beliau nasehatkan kepada Ibnu Abas ketika beliau memboncengkannya di belakang keledainya:
"Wahai pemuda, maukah engkau aku ajari beberapa kalimat yang jika engkau melakukannya, maka Allah akan memberimu berbagai manfaat dengannya, jagalah baik-baik agama Allah, agar Allah menjaga kamu baik-baik..." (HR. Ahmad).Ternyata perilaku Nabi ini dicontoh oleh para sahabat, seperti yang dilakıukan oleh Abu Hurairah ketika ia menasehati Anas Ibnu Hakim: "Wahai pemuda, maukah engkau aku ajari suatu kalimat yang akan memberimu manfaat dengannya? Ketahuilah bahwa yang akan diperhitungkan oleh Allah pada diri seorang di hari kiamat adalah shalatnya."
Memberi manfaat kepada keluarga terdekat lebih wajib dan lebih besar pahalanya. Abu Qilabah berkata: "Adakah pahala yang lebih besar dari seorang yang memberi nafkah kepada keluarganya yang masih kecil, ia memelihara mereka, menyantuni mereka, menolong mereka dan mencukupi kebutuhan mereka dengan hartanya."
Peduli kepada kesejahteraan kaum keluarga menimbulkan rasa simpatik di hati mereka dan sekaligus meyambung tali kasih sayang kepada mereka, sebagai bukti kesetiaan, kecintaan, kasih sayang kita kepada mereka, khususnya kepada anak-anak kecil yang masih membutuhkan perhatian kepedulian, kasih sayang dan apa saja yang mereka butuhkan.
Pintu-pintu untuk memberi manfaat kepada orang lain cukup banyak. Rasululah menyimpulkannya dalam ungkapan yang paling singkat, tetapi mencakup segala perbuatan baik. Beliau bersabda:
"Setiap muslim diwajibkan bersedekah, seorang daapt bekerja dengan kedua tangannya, sehingga ia mendapat upah bagi dirinya, kemudian Sebagiannya ia sedekahkan kepada orang lain yang membutuhkan bantuannya, kalau ia tidak dapat melakukan sesuatu yang baik, maka hendaknya ia menahan dirinya dari perbuatan jahat, maka sesungguhnya perbuatan itu termasuk sedekah. " (HR. Bukhari).
Hadits di atas mengisyaratkan bahwa seorang muslim di wajibkan bersedekah atau memberi sesuatu yang berguna bagi orang lain. Yakni, dengan cara bekerja dengan kedua tangannya, sampai ia mendapat upah yang dapat ia pakai gunakan dalam menghidupi dirinya dan keluarganya.
Adapun sisanya dapat ia berikan kepada orang lain yang membutuhkan bantuannya. Kalau ia tidak mampu melakukannya, maka cukuplah ia menahan dirinya dari perbuatan buruk, agar orang lain tidak kecewa karenanya.
Menurut beliau perbuatan seperti itu termasuk sedekah atau suatu kebajikan yang harus dilakukan oleh setiap muslim untuk orang lain. Berjuang merupakan amal kebajikan yang paling tinggi, sedangkan mengasingkan diri merupakan amal kebajikan yang paling rendah.
Seorang Arab dusun pernah bertanya: "Ya Rasulullah, siapakah manusia yang.paling baik?"
Sabda beliau:

Seorang yang paling baik adalah seorang yang berjuang dengan dirinya dan hartanya. Tetapi, ada juga seseorang yang mengasingkan dirinya di balik suatu pegunungan, ia rajin menyembah tuhannya dan ia selalu menjaga orang lain dari kejahatan dirinya." (HR. Bukhari).
Seorang yang berjuang dapat memberi manfaat yang besar bagi orang lain dengan pengorbanannya, dengan jiwanya, dengan kedermawanannya, demi untuk menjaga keselamatan orang lain dan untuk menakuti musuh-musuh mereka.
Perbuatan semacam ini adalah perbuatan yang paling besar manfaatnya. Dan setiap orang mempunyai Perbedaan dengan yang lainnya dalam kebajikan, seperti perbedaan Kedudukan seorang pejuang dan kedudukan seorang yang mengasingkan dirinya untuk menjaga orang lain dari kejahatan dirinya.
Seorang yang diberi wewenang memimpin sekelompok kaum muslimin maka ia lebih mampu mendatangkan malapetaka atau mendatangkan keuntungan bagi bawahannya dan ia mempunyai hak untuk ditaati oleh mereka, karena itu, sebaiknya ia tidak sampai salah bertindak kepada bawahannya. Tentang masalah ini, Rasulullah memberi pengarahan pada setiap penguasa sebagai berikut:
"Siapapun yang menjadi penguasa bagi sekelompok umat Muhammad dan ia mampu mendatangkan malapetaka atau keuntungan bagi mereka, maka hendaknya ia mau menerima kebaikan mereka dan memaafkan kesalahan mereka." (HR. Bukhari).
Hadits tersebut mengisyaratkan bahwa Nabi menyuruh setiap Penguasa untuk memberi manfaat bagi bawahannya dan menjauhkan malapetaka dari mereka. Sebab, banyak dari penguasa yang berbuat sewenang-wenang sedangkan mereka tidak merasa. Jika mereka tidak meletakkan program itu di hadapan kedua matanya, maka tidak jarang di antara mereka yang terpeleset ke jurang kesewenang-wenangan.
Diantara salah satu contoh memberi manfaat kepada orang lain adalah dengan cara memberikan kepada orang lain sebidang tanah yang tidak dikelolah oleh pemiliknya, agar ia dan orang lain dapat sama-sama mendapat hasil dan keuntungan dari tanah tersebut.
Tentang masalah itu Nabi bersabda:
"Barangsiapa memiliki sebidang tanah, maka tanamilah ia, jika ia tidak dapat melakukannya, maka biarkan saudaranya yang melakukannya." (HR. Muslim)
Berapa banyak kemampuan yang dimiliki oleh kaum muslimin yang tidak dimanfaatkan oleh para pemiliknya, dan tidak diberikan kepada orang lain untuk mengelolanya.
Kalau seorang mau memberikan ilmunya kepada orang lain dan mau membaktikan usaha baiknya kepada orang lain, maka amal kebajikan seperti itu dapat menjadi pelindung dari api neraka baginya dan dapat menyebabkan ia mendapat surga seperti yang disebutkan oleh Nabi dalam sabdanya berikut:

"Amat beruntung seorang yang diberi kunci-kunci kebaikan pada kedua tangannya. Dan amat celaka seorang yang diberi kunci-kunci keburukan pada kedua tangannya. "(HR. Ibnu Majah).
Maka untuk melestarikan keberadaan orang-orang yang suka memberi manfaat kepada orang lain dengan ilmunya atau dengan tenaganya atau dengan apa saja yang ia miliki, maka mereka perlu dibantu dengan harta maupun perlindungan hukum, seperti yang pernah dilakukan oleh Nabi saw.
Mereka dibantu dari harta rampasan perang yang diperoleh kaum muslimin. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa Nabi memberi bagian dari harta rampasan perang kepada seorang penguasa, agar dapat dipakai untuk menyewa rumah, membeli senjata, memberi orang lain yang memerlukannya dan memberi orang-orang yang bermanfaat bagi kaum muslimin, termasuk juga ahli hadits, ulama, ahli fiqih dan Al Quran.
Nabi saw. mengumpamakan seorang mukmin yang selalu memberi manfaat kepada orang lain seperti sebuah pohon kurma yang terus berwarna hijau dan terus bermanfaat bagi orang lain. Nabi bersabda:

"Aku mengetahui ada sebuah pohon yang sangat bermanfaat bagi orang lain, ia bagai seorang mukmin."(HR. Ahmad).
Jama'ah Jum'at yang dimuliakan Allah...
Seorang mukmin selalu memberi kebaikan kepada orang lain karena Allah, tanpa berharap apapun dari manusia. Disebutkan bahwa Allah pernah menegur Abu Bakar ra. ketika ia bersumpah tidak akan memberi nafkah kepada Mistah Ibnu Utsatsa, karena ia ikut menyebarkan berita bohong tentang pribadi Aisyah, putri Abu Bakar.
Dalam kejadian itu, maka Allah menegur Abu Bakar seperti yang disebutkan dalam firman-Nya berikut:
"Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak akan memberi bantuan kepada kaum kerabatnya, orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu?" (QS. An Nuur: 22).
Setelah itu, Abu Bakar mengucapkan: "Demi Allah, aku akan tetap memberi santunan kepada Mistah karena aku berharap ampunan dari Allah." Maka Abu Bakar tetap menyantuni Mistah.
Jika engkau ingin mendapat ampunan Allah, maka perluaslah area dakwahmu dan santunanmu bagi orang lain dengan menggunakan segala waktu dan kemampuan yang engkau miliki. Karena Nabi saw. bersabda:
"Manusia terbaik adalah manusia yang paling berguna bagi orang lain." Sahih Jami

Post a Comment for "Khutbah Jum'at Tentang Menjadi Pribadi Yang Bermanfaat"