Islam Mengatur Berbagai Aspek Dalam Kehidupan
Ketika kita berbicara tentang islam, kira-kira apa yang terlintas dibenakmu? Sholat, puasa, haji, zakat, infak, sedekah atau ibadah-ibadah yang sifatnya ritual belaka. Ets, jangan salah. Karena, islam adalah agama yang bukan sekedar agama. Karena islam itu agama yang mengatur berbagai aspek dalam kehidupan kita. Baik itu ketika kita bangun, mandi, berpakaian, berhubungan, bersosialisasi, hingga tidur lagi.
Itulah kehebatan islam bahkan pernah berkuasa dan mengatur bumi ini kurang lebih 14 abad silam yang kemudian runtuh pada 3 Maret 1924. Jadi, sangat salah bila kita hanya menilai islam dari sisi spiritual, karena islam juga mengatur aspek sosial, ekonomi, budaya dan politik. Rahmatan Lil Alamin adalah prinsip dasar islam.
Prinsip itu menggambarkan bahwa betapa islam mencintai yang namanya kedamaian, ketentraman dan kebahagiaan. Perdamaian yang bukan hanya tertuju pada kaum muslim, tapi juga kepada seluruh makhluk yang berada dibuka bumi. Oleh karena itu, agama islam tidak bisa dipisahkan dari berbagai aspek kehidupan.
Ketika kita memisahkan dari aspek kehidupan, pasti akan kacau. Contohnya saja, kalau aspek politik sebagai wadah dalam menerapkan syariat islam, pasti akan mengalami kepincangan jika aspek politik dipisahkan. Sederhananya, agama adalah pondasi (asas) dan yang menjaganya adalah politik (kekuasaan). Apapun yang tidak memiliki pondasi akan runtuh dan yang tidak memiliki penjaga pasti akan hilang (Al-Ghazali). Jadi, islam adalah agama yang tak boleh lepas dari kekuasaan (politik).
Sejak dulu pun islam selalu menjaga dimensi politiknya, sejak kehidupan Rasulullah telah membangun panji-panji politik pada tahun 622 M, lalu ketika Rasul wafat pemerintahan dilanjutkan oleh Khulafaurrasyidin. Lalu ke Dinasti Bani Umayyah dan berlanjut di Bani Abbasiyah.
Seiring berjalannya waktu, dunia pun kian berkembang. Teknologi modern bermunculan dan masalah pun kian menebal. Kita melihat fenomena saat ini, dimana orang yang mengaku islam yang merusak citra islam. Belum lagi orang yang beragama islam, tapi membenci syariatnya. Kasus Islamphobia inilah terus merasuk pada jiwa-jiwa masyarakat.
Hal ini patut diwaspadai, jangan sampai kelompok yang mengaku islam terus mencari celah untuk menghancurkan islam. Ini sejatinya hanya paradoks dengan desain yang terarah. Yang pasti bahwa dunia barat tidak ingin melihat kebangkitan islam, sehingga berbagai penyerangan dilakukan agar kita bisa jauh dari agama yang mengatur kehidupan.
Andaikan islam bukan agama yang Allah takdirkan hingga akhir zaman, pastilah islam sudah lama hilang dari muka bumi ini. Jika Allah menjadikan agama ini hanya sekedar ritual, tentu peradaban islam tak akan menuai sejarah. Walau "islam" yang berarti damai, berserah, atau selamat.
Tetap saja banyak yang membencinya, memusuhinya dan merusaknya. Walau Muhammad yang berarti pujian yang tak henti dan Ahmad yang berarti pujian tertinggi. Tetap saja banyak yang menghinanya, mencacinya dan mencari kesalahannya.
Namun, satu hal yang pasti bahwa Allah lah yang akan senantiasa melindungi agama ini. Meski fitnah kian bertebaran, tapi cahaya islam tak akan memudar. Yang menjadi pertanyaan, kita berada barisan apa? Barisan orang yang memperjuangkan agama Allah ataukah yang menjadi musuhnya. Ataukah tidak ke-2 nya?
Bisakah kita netral? Bisa, tapi susah. Karena, kita akan lebih condong pada 1 hal. Aturan Allah sifatnya mutlak, ketika kita sudah berjanji untuk beriman kepadanya, maka kita harus beriman, jangan terlalu banyak alasan. Apakah kita sudah menjadikan islam sebagai landasan kehidupan? Atau hanya sekadar islam identitas?
Begitu banyak orang yang beriman kepada Allah, tapi tidak menjalankan apa yang Allah perintahkan, apalagi menjauhi larangannya. Kita memang beragama, tapi agama ini hanya menjadi identitas belaka, bukan rutinitas. Aturan Allah sudah komplit, tinggal bagaimana kita menerapkannya.
Menerapkan Al-Quran dan As-Sunnah dalam kehidupan memang tidaklah mudah, tapi setidaknya kita berusaha untuk membiasakannya. Kebiasaan ala Barat saja kita bangga, masa sama ketetapan Allah kita sungkan.
Berubah menjadi lebih baik adalah solusi yang harus kita lakukan, walau kita sejatinya banyak dosa, dianggap sok alim, sok suci, kita cukup sabar dan lakukan yang terbaik. Sudahlah, apapun orang bilang jangan sampai dapat mengubah keputusan untuk hijrah. Tetapkan niat hanya untuk Allah. Walau hijrah emang hal yang berat dengan ujian yang melimpah.
Pertama, lawanlah musuh yang wujudnya nyata tapi tak kasar mata, yaitu SyaithonirRojiim yang tak akan rela kalau kita lebih taat, tunduk pada perintah Allah. Ia pasti senantiasa memberikan bisikan agar kita melenceng, maksiat, nggak usah taubat, apalagi kamu yang memutuskan berhenti pacaran, syaithon akan membuat kamu sedih bin galau, membuatmu cemburu dengan si dia, dan terus menghembuskan berbagai ujian.
Eh, ada satu setan yang lebih setan dari setan yang tak kasat mata itu. Siapa itu? Yah, setan disekelilingmu, setan yang kasat mata. Setan yang satu ini lebih mujarab dalam menggoda manusia, karena ia dengan mudah memengaruhi. Ciri-cirinya, jika ada manusia yang suka melanggar aturan Allah, mengajak pacaran, mengajak maksiat, fiks itu setan. Setan kedua ini jangan coba-coba ta’awudz
didepan mukanya ya.. hehe. Karena nggak bakal mempan. Kalau menghadapi setan ini memang butuh kesabaran dan memahamkan dengan cara yang baik, misalkan kenapa kamu memilih untuk jomblo daripada pacaran.
Maka dari itu, mari kita mencoba agar lebih mengenali diri kita. Ini sangat penting, karena dengan mengenali diri kita akan lebih membuat kita sadar dan barangkali kita sendiri belum ngenal diri kita lebih baik. Kan nggak lucu kalau kita "amnesia" tentang siapa kita. Setelah pembahasan diatas, seharusnya kita makin paham tentang hakikat diri kita sebagai manusia yang beriman kepada Allah SWT. Yang mana kita sebagai makhluk yang lemah, memiliki keterbatasan dan selalu bergantung pada orang lain apalagi kepada sang pencipta.
Nah, setelah lebih mengenal siapa kita, selanjutnya hal yang harus kita terima bahwa kita adalah hamba Allah yang wajib hukumnya untuk tunduk dan taat pada perintahnya.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
يٰۤاَ يُّهَا النَّا سُ اعْبُدُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَا لَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ
"Wahai manusia! Sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dan orang-orang yang sebelum kamu, agar kamu bertakwa."
(QS. Al-Baqarah 2: Ayat 21)
Potensi akal dan naluri atas apa yang Allah ciptakan seharusnya dapat menghantarkan kita pada kebenaran dan jalan yang lurus. Kecuali, bagi mereka yang nggak mau menggunakan akalnya. Allah selalu mention dalam Al-Quran bahwa akal sangat penting untuk mengindra apapun yang Allah ciptakan.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
اِنَّ فِيْ خَلْقِ السَّمٰوٰتِ وَا لْاَ رْضِ وَا خْتِلَا فِ الَّيْلِ وَا لنَّهَا رِ لَاٰ يٰتٍ لِّاُولِى الْاَ لْبَا بِ
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang yang berakal,"
(QS. Ali 'Imran 3: Ayat 190)
So, kita penting memahami hakikat agama ini dengan baik agar islam kita bukan hanya sekedar kartu keluarga atau kartu kependudukan. Jangan hanya bangga dari identitas, tapi bangga lah kita karena islam agama yang luar biasa.
Seperti apapun kita dulu, senakal apapun kita, seharusnya kita bisa menjadikan berbagai hal itu sebagai pelajaran kedepannya agar tidak terulang kembali. Yang terpenting untuk saat ini adalah bagaimana kita bisa tunduk pada aturan sang pencipta dan menjadi remaja muslim yang selalu bertakwah kepadanya. Sampai kapan? Sampai akhir kehidupan kita.
Post a Comment for "Islam Mengatur Berbagai Aspek Dalam Kehidupan"