Problem Remaja Dalam Menentukan Tujuan Hidup
Apakah kalian pernah marah terhadap seseorang?? Yah, saya yakin kalian pernah kan, apalagi kalau persoalan hati. Waktu kalian marah kepadanya, Apa yang engkau lakukan? Apakah engkau ajak ia ketengah lapangan untuk gelud atau sindir ia di sosmed.
Biasanya kita akan mencari kesalahan untuk melukiskan kesedihan kita kepadanya. Untuk bisa mengeluarkan emosi yang luar biasa, kita akan berusaha mencari cari kesalahan yang pernah dia lakukan kepada kita, mengigat apakah dia pernah menyinggung, melukai perasaan kita, pernah melakukan sesuatu yang tidak kita sukai, atau bahkan kesalahannya kepada orang lain.
Untuk bisa menumpahkan kemarahan kita kepadanya berbagai cara yang dilakukan termaksud mencari kesalahannya yang berusaha kita lampiaskan. Ah, "memang dia pantes saya marahi". Inilah menyiram api dengan bensin, yang bukan meredah kemarahan, tetapi makin membuat api itu meronta-ronta.
Ketika kamu marah seakan akan mencari bensin untuk meluapkanya, bukan malah mencari air untuk memadamkannya. Saya, kamu, atau mereka yang bernyawa pasti bisa melakukan kesalahan, kenapa?? Karena dia ciptaan. Bahkan, semakin lama pertemanan, akan semakin gampang dan mudah terjerumus untuk melakukan kesalahan.
Wets... Apakah itu jalan yang baik untuk menyelesaikan masalahamu?? Nggak. Dengan kita berusaha mencari kekurangan dan kesalahanya, bukan malah menyelesaikannya, tetapi malah membuat masalah tersebut semakin rumit.
Misalkan, kita berusaha mencari kesalahannya dan temanmu berusaha juga untuk mencari kesalahanmu. Bisa jadi bukan hanya berujung dengan kemarahan, ini bisa menimbulkan pertengkaran dengan kata-kata toxic. Yang dulunya sahabatan akut, hingga akhirnya memecah persahabatan itu.
Nah, singkatnya nggak ada manfaatnya kita melampiaskan kemarahan. Lebih baik kita bersikap tenang dalam menyikapi persoalan yang kita alami. Marah pun ini salah satu strategi setan untuk menjerumuskan kita, maka marah itu harus diredam dengan air.
"Orang yang kuat bukanlah menang dalam bergulat, tetapi yang mampu menahan dirinya ketika sedang marah"(HR. Muttafaq alaih)
Kalau kita sedang marah, jangan malah mengungkit kesalahan masa lalunya. Apalagi ketika dia sudah meminta maaf, itu bagai bubur yang engkau aduk dengan kecap, menghitam.
Kalau ada api yang sedang membara, jangan cari bensin untuk menyiramnya, tetapi cari air untuk memadamkan api tersebut. Misalkan, dia menyinggung perasaan kita. Kita dapat berpikiran bahwa dia tidak sengaja melakukannya, dia sedang ada masalah, atau mungkin dia tidak tau bahwa ucapan tersebut menyakitkan kita. Dengan begitu kita dapat terhindar dan meredam api tersebut.
"Marah itu dari setan dan setan itu terbuat dari api, sedangkan air itu yang memadamkan api. Maka barangsiapa yang sedang marah hendaknya ia berwudhu"_ (HR. Ahmad)
Soo, Jangan menyiram api dengan bensin !! Cari air mas bro. Rendam kemarahanmu. Minta maaflah kepadanya, Maaf tidak akan membuatmu rendah diri, tapi dengan kata tersebut engkau membuktikan dirimu orang yang hatinya baik.
Kita dapatliat dari persoalan diatas, bahwa kemarahan itu menandakan kalau remaja masih ambigu dalam bertindak. Sering kali kita memandang biasa persoalan remaja, padahal itu adalah hal yang tak bisa disepelekan. Kita seharusnya melek tentang masalah yang dihadapinya. Karena, ketika kita tidak melek tentang masalah mereka akan ada banyak hal yang bisa terjadi dimasa yang akan datang. Yah, tentu karna remaja lah salah satu yang akan membawa perubahan dimasa yang akan datang.
Ada yang beranggapan bahwa masa remaja adalah masa muda yang penuh kesenangan. Menurutku, itu memang benar. Dia mau melakukan ini, itu, begini, atau begitu tidak masalah yang penting happy-happy aja. Masalahnya, kini remaja kebanyakan kurang pengendalian diri dan perhatian di lingkungannya.
Entah kemana arah dan tujuan remaja ini. Bagus kalau anaknya ini masih mau untuk diatur, tapi kalau sedikit-sedikit tersinggung, marah, atau ngelunjak. Yang merasakan juga orang disekitarnya. Belum lagi, jika ia dengan bangganya bilang "Santay... kita masih muda kok, Have fun aja dulu" Apa ia lupa kalau malaikat maut bisa datang kapan saja.
Atau paling tidak banyak remaja yang cita-citanya setinggi langit, namun hanya rebahan nggak jelas. Padahal, ketika kita ingin meraih sesuatu harus dengan usaha maksimal. Kalau remaja kerjaanya hanya scrool medsos, entah apa yang akan terjadi digenerasi kedepan. Makanya, remaja juga perlu tanggung jawab lebih.
Itulah, banyak juga orang tua yang nyerah dengan anaknya dan merasa bahwa ia telah gagal dalam mendidiknya. Setegah itukah kita? Membuat mereka bersedih. Perlu diingat bahwa tidak semua remaja itu ambigu, ada juga remaja yang arah dan tujuannya jelas. Keanehan remaja generasi Z, dapat kita perhatikan dengan ciri-ciri berikut.
Pertama, Remaja tidak peduli terhadap apapun yang ada disekitar mereka. Itu dapat dilihat dari gaya hidupnya yang kadang ngawur, seperti bagaimana ia tidak peduli dengan kondisi kamarnya yang super brantakan, tiduran dengan beragam makanan, rebahan sepanjang hari, main game lupa waktu bahkan kadang disuruh orang tua tidak melaksanakan.
Hal itu dilakukan karena mereka merasa bahwa mereka belum memiliki tanggungjawab lebih untuk dikerjakan. Coba kalau ia sudah memiliki kewajiban mencari nafkah, pastinya merasa harus bertindak lebih. Baru mikirin mantan, doi, jomblo, sudah pusing 7 turunan.
Kedua, kurang pengendalian diri. Seringkali remaja tidak bisa mengendalikan emosi, karena jiwanya bisa dibilang masih segar dan egonya yang begitu membara. Kadang masalah sepele saja, diselesaikan dengan tangan, belum lagi kalau ada tawuran yang tidak mau kelewatan ataukah ikutan demo, padahal tidak tau masalahnya. Kadang berunjung bendera putih didepan rumahnya.
Ketiga, ikut-ikutan. Nah, ini sangat identik dengan remaja. Ketika ada satu yang trend, ia tidak mau ketinggalan. Rasa ingin taunya juga tinggi, apalagi kalau hal yang buruk-buruk. Jadi, kadang orang tua merasa was-was. Yah, takut kalau anaknya terjerumus kedalam pergaulan yang salah. Bahkan, orang tua sekarang lebih takut ketika anaknya ikut kajian.
Sebab, media yang selalu memberitakan hal yang negatif, sehingga orang tua kadang lebih membiarkan anaknya keluar sampai tengah malam, dibanding harus ikut kajian. Jika kita mau lihat betapa banyaknya problematika remaja diakibatkan karena pergaulan. Dan jarang ada kajian yang mengajak kearah yang sesat. Coba lihat apakah dia mengajarkan kekerasan atau kita rasa sudah melenceng terhadap Al-Quran dan sunnah, maka tinggalkan.
Keempat, alergi dengan orang tua. Remaja seringkali merasa orang tua adalah musuhnya. Musuh dalam artian mereka malas disuruh, malas dinasehatin, merasa paling benar, sehingga selalu menjauhinya. Remaja cenderung lebih akrab kegurunya daripada ke orang tuanya. Jangan gitu ya! Jangan sampai kita durhaka kepadanya.
Paling tidak itu 4 hal yang identik dengan remaja. Aku tau kalau tidak semua keluarga itu sama. Ada yang emang penuh kebahagian dan ada yang penuh derita. Aku tau kamu butuh cinta dari mereka, tapi kamu ingat! Sejahat jahatnya mereka, ingat kalau ia adalah orang tuamu dan Allah memerinthkan kita untuk berbakti padanya.
Memberi perhatian pada remaja dengan penuh cinta itu wajib. Inilah alasan kenapa kita harus berempati terhadap masalah remaja. Memberi mereka arahan agar tau tujuan yang akan dia capai. Tujuan yang bukan hanya membuat kebahagian yang sifatnya sementara, melaingkan tujuan jangka panjang. Tujuan apa itu? Tujuan yang berasal dari pencipta kita.
#30HariKonsistenNulis #day5
Post a Comment for "Problem Remaja Dalam Menentukan Tujuan Hidup"