Apakah Cantik/Gantengnya Seseorang Bergantung Pada Otak?
Apakah pernyataan diatas betul atau salah? Bahwa cantik/ganteng itu tidak berarti jika tidak ada otaknya? (maksud otak adalah ilmu).
Cerita 1, mari kita bayangkan, ada seorang yang cantik dan pintar. Di sekolah dia selalu ranking 1. Lulus kuliah dengan IPK yang memuaskan. Akhirnya ia menikah dengan seorang laki-laki yang tampan tentunya, pintar pula.
Karena sifat egoisnya, pelitnya, serakahnya sangat kuat pada dirinya, rumah tangganya berjalan mulus selama satu bulan saja. Setelah itu rumah tangganya berantakan dikarenakan mengungkit-ngungkit masalah yang sepele. Dan sampai sekarang masalah rumah tangganya belum kelar-kelar.
Cerita 2, ada seorang yang cantik namun dia tidak pintar. Dikelas selalu mendapatkan nilai yang kurang memuaskan. Kuliah pun hanya di Universitas Terbuka. Ketika lulus dia tidak mendapat IPK yang memuaskan pula. Dan akhirnya ia menikah dengan seorang laki-laki yang tampan dan pintar.
Si perempuan ini sangat dermawan, rendah hati, taat suami. Dan Alhamdulillah sampai sekarang rumah tangganya tidak pernah ada masalah sedikitpun. Dari kedua cerita yang singkat diatas, apa hikmah yang bisa kita ambil?
Apakah benar pernyataan bahwa "Beautiful is nothing without brain?" Kalau benar, mengapa di cerita pertama berisi masalah? Kalau kalian menilai salah, maka wajar saja. Karena saya
secara tidak langsung menyalahkan pernyataan.
Maka mau tidak mau kalian harus memilih atau membuat pernyataan yang semisal. Terpikir? Kalau belum ya udah sabar aja. Kalau engga saya kasih tau jawabannya nih.
Jawabannya, pernyataan di atas adalah pernyataan
yang salah. Lha, terus yang benar bagaimana?
Jawabannya adalah "Beautiful is nothing without
attitude". Maksudnya? lya.. ganteng/cantiknya
seseorang (terpujinya seseorang) bukan bergantung semata-mata pada "Brain" atau kepandaian.
Namun sangat bergantuk pada akhlaq kita (attitude). Masak sih? Punya bukti emangnya? Saya punya bukti kok. Ini kisah nyata dan orangnya adalah bapak saya. Bapak saya sekarang bekerja di sebuah perusahaan BUMN yang bernama PLTU. Beliau saat ini menjabat menjadi manager di kantornya.
Ceritanya begini, jadi bapak saya ketika sekolah, beliau hanya sampai jenjang STM saja. Ketika beliau ingin melanjutkan kuliah, beliau tidak diperbolehkan oleh kedua orangtuanya.
Lho mengapa? Karena kalau orang jaman dulu
menganggap bahwa lulusan STM adalah sudan
sudah paling bagus. Pertama beliau bekerja di PLTU, disana beliau hanya menjadi karyawan biasa.
Kesehariannya melakukan perintah dari atasan. Namun lambat laun, karena beliau ini adalah orang yang tekun, ulet dan jujur, maka beliau naik terus pangkatnya dan sekarang alhamdulilah sudah menjadi manager. Padahal, di kerja beliau, rata-rata seorang manager hanya lulusan STM bisa menyamai seorang yang ruangan adalah lulusan S-2.
Tapi mengapa bapak saya yang sudah lulusan S-2? Kan jauh banget kalau di gambar menggunakan grafik antara pendidikan STM dengan S-2. Jawabanya adalah karena "attitude" tadi. Selama bapak saya bekerja, beliau mengatakan kepada saya bahwa beliau berusaha untuk jujur.
Karena semakin naik pangkat, maka uang haram akan semakin mudah untuk didapatkan. Beliau sampai pernah berkata kepada saya begini, "Kalau bapak seandainya tidak jujur, maka sekarang bapak udah bisa beli 3 rumah dan 1 mobil" ujarnya saat ngobrol-ngobrol ketika setelah makan.
Uang haram dari mana maksudnya? Jadi begini, bapak saya adalah salah satu orang yang tanda tangannya sangat berpengaruh terhadap proyek-proyek yang akan dilakukan oleh orang PLTU. Sehingga vendor-vendor dari luar, pasti akan
menawarkan alat-alat yang dibutuhkan kantor kepada bapak saya.
Naah, disinilah terjadi negoisasi antara beberapa
vendor kepada bapak saya. Dan biasanya, bapak saya;akan mendapat amplop agar proyek yang diajukan oleh vendor dapat disetujui oleh bapak saya.
Di amplop tersebut terdapat uang haram yang menggoda bapak saya agar mengambilnya. Tidak hanya 1-2 juta. Tapi, puluhan juta, bayangkan? Jika tidak berlandaskan aqidah Islam yang kuat maka dengan santainya bapak saya pasti mengambil uang tersebut.
Namun, apa yang dilakukan bapak saya ketika mendapatkan uang sebanyak itu? Beliau dengan berani tanpa basa-basi langsung mengembalikan kepada orang yang memberinya. Jika via transfer, maka bapak saya langsung transfer balik uang haram tersebut.
Tetapi teman-teman bapak saya kebanyakan
mengambil uang haram tersebut untuk memenuhi
kebutuhan hidupnya, naudzubillah. Kata-kata beliau yang selalu dia lontarkan kepada saya
"Bapak nggak nuntut kamu ranking 1 Fal, bapak
hanya ingin kamu itu jujur, ulet, tekun. Insya
ketika ketiganya kamu lakukan, maka ilmu akan
mengikuti".
Untuk menjalankan keingingan bapak saya semaksimal. Sayapun dengan berusaha semaksimal mungkin. Agar bukan hanya ilmu saja yang bertambah, namun "attitude" nya juga semakin baik dan terjaga.
Baca Juga:
Post a Comment for "Apakah Cantik/Gantengnya Seseorang Bergantung Pada Otak?"