Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Jangan Takut Dengan Perubahan dan Perkembangan Teknologi

 Di artikel kali ini kita akan membahas mengenai perubahan teknologi. Apalagi dengan pernyataan dalam komentar yang sering mengindikasikan bahwa orang Indonesia itu awam teknologi, gaptek dan kesannya tertinggal, bedalah dengan orang-orang barat.

Jangan Takut Dengan Perkembangan Teknologi

Apakah orang Indonesia ketinggalan soal teknologi? Sebenarnya, tidak juga dan nggak perlu ketinggalan. Kita ini bisa bersaing dengan bangsa yang lain.

Masalahnya apakah 'mindset' atau pola pikir kita mau diarahkan ke situ? Apakah kita mau mempelajari teknologi yang baru? Atau kita mau bilang “bodo amat lah”

Ini yang jadi masalah sebetulnya, seandainya saja kita lebih terbuka dan lebih ingin mempelajari teknologi. Mungkin pembahasan kita bisa lebih ke arah positif. Masalahnya, sering sekali terjadi teknologi yang baru (dihina dulu sebelum diterima).

Ini yang membuat kita jadi tertinggal dalam mempelajarinya. Ya, mungkin mau bilang “Ya saya jago, jadi saya tau bahwa yang ini tuh nggak bagus” 

Baca juga: Cara ampuh mengatasi kecanduan gadget pada anak

Mau menunjukkan kalau diri sendiri hebat, Bisa jadi, ya? Tetapi, mari kita lihat dulu contoh-contohnya.

Coba kita belajar mengenai apa yang pernah terjadi dulu. Tahun 2009, Jensen Huang, NVIDIA, itu menyatakan kepada kami dalam sebuah pertemuan tertutup di Silicon Valley dan bertemu dengan beliau lalu dia membicarakan tentang sesuatu yang cukup fenomenal saat itu.

Dia mengatakan, “Kalian semua sekarang menulis pakai laptop, kalian semua sekarang pakai voice recorder”

“Nanti, beberapa tahun lagi laptop kalian dan voice recorder akan tergantikan oleh superphone” Dia bilang waktu itu namanya Superphone,

2009 ada yang bicara superphone bisa menggantikan sebuah laptop, bisa menggantikan sebuah recorder, menggantikan kamera. Reaksi media di dunia, kita berbicara tentang media, itu macam macam.

Ada yang menertawakan di forum, apalagi yang terbuka sekali, yang bukan media itu menertawakan. “Apaan sih kayak tidak ngerti saja, Jensen Huang itu cuma jualan saja”.

Dan ada yang membuat analisa mengenai kemungkinan-kemungkinan yang bisa terjadi. Sayangnya, yang terjadi adalah lebih banyak yang skeptis.

Pernyataan biasanya begini “keyboard yang ada di laptop, itu susah banget untuk digantikan, hardware di Superphone"

"Aduh apa namanya hardware di handphone, aduh nggak akan kuat ya buat multitasking, kalau cuma buat nonton mungkin bisa". Dan layar, “Kurang besar dong”.

Kalau pasang layar besar, kembali ke baterai. Baterai, layar, "wah boros dong nanti" Kalau mau besar, "beratnya luar biasa dong nanti".“Apa bedanya sama laptop?”. Kenapa disebut superphone?Wah bercanda nih?

Lucunya yang terjadi saat ini? Apa yang terjadi? Apa yang kalian pakai? Apa yang kalian gunakan sehari-hari? Dan kalian pakai buat apa smartphone kalian itu?

Nah, catatan di website kami menunjukkan bahwa akses dari smartphone itu yang paling tinggi sekarang. Kemudian mulai dari game, sosial media, entertainment.

Itu semuanya kebanyakan mengarahnya harus kompatibel ke smartphone. Bahkan, mungkin ada yang spesifik hanya untuk smartphone.

Pertama kalinya saya memberanikan diri meliput sebuah acara besar hanya dengan smartphone. Ya, acara tersebut kebetulan di New York, mungkin ada yang pernah nonton videonya.

Jadi, saya merekam videonya pakai smartphone, diedit dengan smartphone, diupload dengan smartphone. Kemudian semua artikel-artikel diketik di smartphone. Begitu juga dengan catatannya dan semuanya pada saat itu memakai smartphone.

Iya, sesuatu yang 2009 dianggap sulit terjadi. Tidak sampai 10 tahun kemudian, teknologi berkembang pesat. Saya bahkan merasa bahwa 2017 juga termasuk yang terlambat untuk berani menggunakan superphone.

Nah, pertanyaan saya adalah apa yang terjadi dengan semua orang itu yang mengatakan bahwa kalau itu tidak masuk akal?

Mereka yang menghujat, menertawakan. Apa yang terjadi? Semua terdiam. Mungkin lagi berusaha menutupin rasa malunya atau bahkan mereka sudah sukses, melupakan bahwa mereka pernah menertawakan ide itu.

Jadi belaga bego, belaga lupa (bisa jadi lho). Tapi hal ini umum, sering banget terjadi. GPRS pertama kali datang, ditertawakan. Juga dengan 3G, 4G, ditertawakan.

Padahal yang pada menertawakan itu semuanya pada akhirnya pakai teknologi komunikasi yang dihujat dulu. Hm… seharusnya kalau ditertawakan, jangan dipakai.

Seperti sekarang, 5G, banyak yang menertawakan dan skeptis. Nanti kalau 5G datang, jangan dipakai. Nanti kalau ditertawakan, jangan dipakai.

Merendahkan dan mencela ini adalah hal yang lucu, sebaiknya ditinggalkan deh. Terutama yang urusannya teknologi, kenapa? Karena teknologi manusia ini luar biasa.

Manusia itu luar biasa, kita mampu melakukan hal-hal yang tidak terpikirkan sebelumnya.

Oke, bayangkan zaman dahulu, bukan tahun 18 sekian. Bukan… Masih cukup dekat eranya film series star trek pertama kali ditayangkan. Itu ada satu hal yang menarik sekali.

Kalau orang lewat pintu, pintunya terbuka sendiri dan kemudian itu dimasukkan kedalam 'science fiction' atau cerita fiksi Star Trek yang terkenal dimana-mana. Pada saat itu orang bilang “Wah gila nggak mungkin, nggak make sense”

Hal yang menarik adalah orang orang yang menonton star trek pada masa itu, akhirnya merasakan bahwa pintu bisa buka sendiri di mall. Menjadi sebuah hal yang biasa sekali, dimana-mana ada.

Yang tadinya dimimpikan, ada dimana mana. Saya yakin ada banyak sekali hal terkait teknologi yang terjadi seperti itu. Misalnya, siapa yang menyangka bahwa kita punya konektivitas internet seperti sekarang.
Menelepon dengan internet, bisa mengobrol bertatap muka memakai internet. Jadi hati-hati ya, banyak orang merasa takut dengan perubahan. Kenapa? Takut dirinya yang ketinggalan, takut dianya yang tidak paham, takut dianya yang kalah dengan orang lain, karena dia telat belajar.

Orang-orang ini pada umumnya bakal mencoba mendiskreditkan teknologi yang baru “Jelek, nggak bagus, nggak Oke”.

Waktu pertama kali sebuah earphone yang menempel kanan kiri terpisah datang. Apa yang terjadi? Banyak yang mencela, bilang “Ah ntar hilang lah apalah segala macam, inilah itulah”. Sekarang, yang namanya TWS dimana-mana orang mencarinya. Anehkan?

Jadi, yang namanya teknologi yang ada baru itu, dipelajari saja. Rata-rata teknologi itu mudah dipelajari dan mudah dipahami kalau kita mengikuti sejak awal.
Ya, jangan buru-buru ditolak. Kita kan jadi bisa buru-buru belajar gitu, kalau kita tidak menolak duluan dari awal.

Mereka yang mempelajari dan menyelami penjualan online misalnya. Sekarang, bagaimana? Yang kemarin bilang “Saya mau mencoba online", sekarang kondisinya diuntungkan, bahkan sekarang berbondong-bondong “Wah mau jualan online, belajar marketing online”.

Semua sekarang belajar online, online, online. Kemana saja kemarin? Kemarin katanya tidak penting “offline saja”
Ternyata, onlinenya menjadi luar biasa penting.

Seandainya kita tidak mempelajari terus perubahan tren dan mengikuti dan menerima. Maka, akan ketinggalan. Jadi, membuka mata mempelajari semua itu adalah hal yang penting.

Harusnya kita itu membuka mata terhadap teknologi yang baru dan mempelajari semua yang baru. Sejujurnya, hati saya sedih kalau ada komentar “orang awam mana mengerti sih, ribet ah skip skip skip, berbelit-belit ah, pusing banget”.

Tidak, bukan karena tidak mau membaca atau menonton. Itu saya tidak masalah.
Tapi, itu artinya orang Indonesia mau yang sederhana-sederhana saja. Inginnya yang mudah-mudah saja. Mau disuapin-suapin saja.

Sementara, pembahasan agak teknis atau yang butuh logika ekstra adalah pembahasan yang sebetulnya dicari oleh mereka yang mau maju dan berpikiran kritis.

Kritis, bukan protes yang kritis. Kenapa begitu? Karena memang tidak ada yang sederhana di dunia ini. Apalagi kalau kita bahas tentang teknologi.

Contohnya, Apple Newton. Produk tablet di era dimana tablet itu belum ada yang mau pakai. Baru pertama, iya, luar biasa.
Benda ini dianggap gagal penjualannya.

Nah, kalau pemikirannya sederhana, tentunya hanya ingin tahu ini gagal atau sukses hanya itu saja, sederhana sekali.
Tapi, pemikiran yang maju akan bertanya
“Ini gagalnya kenapa? Dan dalam kondisi apa ini sebenarnya bisa sukses?”

Iya, pemikiran ini yang akhirnya disimpan oleh Apple saat itu. Karena waktu itu yang dilihat adalah konten yang kurang menarik.
Pada saat itu, masih belum cukup banyak kontennya, kenyamanan pakai di UI itu tidak asik, tidak intuitif, tidak lancar, tidak kencang, plus baterainya juga cenderung boros. Lalu, untuk apa dibeli ?

Nah, sekarang semuanya sudah berubah.
Konten multimedia sudah banyak, konektivitas sudah mengijinkan untuk streaming. Layar yang cerah dan irit sudah ada, touchscreen sudah bisa kerja dengan mulus dan lancar, Chipsetnya sudah powerful sekali dan irit. Seharusnya tablet bisa sukses dong?

Ya, Itu sebabnya iPad hadir lagi pada saat semua hal yang mendukung sudah tersedia, hingga akhirnya gempar. Tiba-tiba seluruh dunia jadi ingin punya tablet.
Aneh bukan?

Itu karena memang pada saat kegagalan itu diambil hikmahnya. Diperhatikan pola pikir positifnya ya. Kegagalan dipakai untuk pelajaran, tidak untuk dihujat idenya.
Karena ide dasarnya sudah benar, mungkin timingnya yang salah.

Sesuatu yang belum sukses dulu, bukan berarti tidak akan bisa sukses. Terkadang, itu hanya menunggu sarana pendukungnya berkembang. Seperti tablet tadi.

Kembali ke smartphone. Dulu, kamera pada handphone itu adalah bahan tertawaan “Asal ada aja lah”. Acuan zaman dulu kalau mau membeli produk itu sesuai kebutuhan.

Mau dipakai untuk mengetik dan browsing, beli laptop atau beli desktop.
Mau foto? Beli kamera foto. Mau video?Beli kamera video. Mau merekam suara?Beli perekam suara. Mau dengarkan musik? Beli music player. Mau menonton? Ke bioskop atau beli TV. Mau menelfon dan SMS? Beli handphone yang lucu.

Sekarang, nyari semuanya bisa dikerjakan dari smartphone. Yang dulu bahan tertawaan, sekarang menjadi kenyataan dan apa yang dikatakan si Jensen tadi di awal yang saya ceritakan, menjadi benar.

Smartphone atau superphone menjadi alat yang menguasai dunia. Oh iya, mungkin kalian siap-siap ngomongin lagi, ngejulidin lagi. Iya, tadi saya membicarakan Jensen dari NVIDIA, Kemana mereka? Katanya futuristic?Katanya bisa melihat ke depan?

Chipset HP mereka sudah tidak laku, tidak ada yang pakai. Ya, mungkin ada yang melewatkan, bahwa Jensen pernah bilang seiring perkembangan, bersaing di SoC atau Chipset untuk Smartphone itu berat.

Lalu mereka akan konsentrasikan hal lainnya yang tidak kalah penting,
NVIDIA akhirnya berkutat dengan AI (Artificial Intelligence), GPU mereka dipakai untuk server AI. Itu luar biasa yang 'powerful' (kuat).

Bahkan, mereka menjadi salah satu terdepan untuk itu. Untuk dunia otomotif mereka menjadi terdepan dalam otomasi mobil. Itu loh, yang mobil tanpa sopir.
Kok bisa?

Karena mereka memikirkan jauh kedepan.
Jauh saja ke depan, yang lain masih bertengkar jualan smartphone. Mereka memikirkan AI yang dipakai semua smartphone.

“Ok, kalian jual smartphonenya, Server AI nya beli di saya” Yang lain memikirkan bikin chip atau prosesor, mereka sudah memikirkan bagaimana mobil bisa berjalan tanpa sopir.

Bahkan mereka duluan yang menampilkan di CES. Mobilnya sudah jalan-jalan keliling lapangan. Oleh karena itu, jangan pesimis kalau melihat perkembangan teknologi.

Juga jangan terlalu cepat menghujat. Contoh lain yang harus kita perhatikan adalah VR dan AR, Virtual reality dan Augmented Reality. Keduanya itu seakan bergerak cepat sekali di awal.

Tiba-tiba semua “Wow pakai VR” Banyak yang membuat perangkat-perangkat VR
dan sekarang kelihatan agak aneh, Tapi menurut saya jangan dicuekin dulu, walaupun sekarang kesannya sedang melambat sekali, sedang jarang kelihatan, sedang jarang dibahas.

Soal VR dan AR lagi, bisa jadi teknologi satunya lagi menunggu saat yang tepat.
Siapa tahu ada yang merekam video dengan kamera yang high resolution.

Jalan-jalan keliling belahan dunia lainnya secara live dengan konektivitas super tinggi dengan 5G. Kita bisa menonton live langsung disini tanpa harus kemana-mana. Atau bisa dipakai untuk menampilkan detail-detail sebuah mesin
saat kekuatan prosesnya sudah meningkat.

Jadi, bisa lihat pakai VR detail mesinnya seperti apa. Nanti montir mau membenarkan sudah ada. “Oh yang ini apa, yang itu apa”. Pada saat 'processing power' sudah naik, itu akan bisa lebih mudah lagi.

Lalu VR untuk main game buat PC, Itu mungkin nanti akan lebih nyaman saat sudah wireless, bukan kabel lagi. Iya, sekarang sudah ada yang memakai wireless, tapi masih kurang pas, kurang kencang, masih lagging. Tapi, ide dasarnya adalah dari VR dan AR.

Jadi, yang bisa mengikuti nantinya yang sudah mengikuti dari sekarang. Sudah tahu perubahannya apa, database orang-orangnya apa, apa yang dibutuhkan. Lalu, disesuaikan dengan teknologi yang baru.

Atau teknologi smartwatch, mungkin saat ini, sebetulnya untuk saat ini sedikit menurun. Menurunnya bagaimana? Karena sedikit kurang “smart”. Yang laku tidak terlalu “smart”. Kalau dulu smartwatch awal-awal itu “smart” sekali.

Bisa di-install, bisa berbicara segala macam. Sekarang smartwatch kurang diminati, karena baterainya boros.
Jadi, smartphone yang kurang “smart” itu malah diminati pada akhirnya, yang penting adalah baterai dulu.Tapi, bukan berarti cita-cita awalnya tidak tercapai.

Dengan perkembangan chipset dan layar display yang semakin irit daya Itu bisa saja tercapai. Mungkin dalam waktu dekat, bisa jadi. Jangan cepat-cepat menghujat bilang bahwa “pasti kurang oke” Coba dipikirkan dulu, siapa tau ada yang datang bagus, jadi diikuti teknologinya.

Ada yang baru lagi cek. Ok, sudah membaik belum? Sudah membaik belum?
Oh belum. Ok, tunggu aja, tunggu sampai membaik.

Nah, apakah Indonesia bisa mengikuti teknologi? Ya bisa, kita manusia sama dengan orang lain, masalahnya adalah pola pikir kita itu mau pesimis atau optimis. Tidak ada yang mudah di dunia ini, tahun 2000 awal saya menjadi reviewer.

Banyak yang bertanya“Masa depan reviewer jadi apa?” Tahun 2020 , lho kok banyak yang berlomba menjadi reviewer sekarang? Lucu tidak? Tahun 2005, media online Indonesia dipertanyakan. Bisa hidup terus tidak ya?

Tahun 2010, kalau tidak online susah survive, susah sekali untuk survivenya
2018, kalau tidak pakai video online, susah untuk survive. Perubahannya ada terus.

Kita bisa mulai dengan tidak melihat segala sesuatunya sepele atau kecil.
Kita bisa memulai dengan mempelajari banyak hal. Kita bisa memulai dengan pola pikir terbuka dan positif.

Kita tidak bisa maju kalau sedikit-sedikit menyepelekan teknologi yang baru.
Kita tidak bisa maju kalau kita tidak mau mempelajari teknologi yang baru. Tidak perlu bisa untuk membuatnya, tetapi memahami saja.

Kita susah maju kalau teknologi dianggap negatif duluan “Wah burung-burung mati gara-gara itu” Percaya begitu, dikasih hoax cepat sekali percayanya. Pikirkan dong.

Oh ya, dan yang sangat penting kita tidak bisa maju kalau kita merendahkan rekan sebangsa kita sendiri. Jangan sampai brand lokal berusaha bikin apa, di jelek-jelekkan. Ya jangan begitu.

Itu usaha upaya rekan sebangsa kita, dibantu lah. Setidaknya jangan dijatuhkan.
Eh, kita itu dulu bahkan sudah punya astronot yang harusnya sudah sampai luar angkasa, kalau bukan karena tragedi pesawat ulang-alik yang dulu itu, karena itu misinya dibatalkan.

Kita bahkan punya ilmuwan yang punya andil besar terhadap perkembangan teknologi selular. Kita punya banyak orang pintar dan cerdas yang diakui dunia. Jangan merendahkan kemampuan orang Indonesia. 

Baca jugaSejarah singkat perkembangan youtube hingga sukses

Oleh karena itu, kita harus selalu berpola pikir terbuka, jangan mudah pesimis. Hadapi teknologi baru dengan positif, selalu pelajari hal baru, karena kita orang Indonesia harus paham juga.

Sama dengan orang-orang barat itu yang selalu berupaya menularkan hal positif ke teman-teman kita. Mungkin kita tidak bisa jadi pendobrak kemajuan teknologi Indonesia. Tetapi paling tidak, kita bukan penghambat kemungkinan perkembangannya.
Aksa Asri
Aksa Asri Tempatku melamun akan berbagai hal :")

Post a Comment for "Jangan Takut Dengan Perubahan dan Perkembangan Teknologi"