Apa yang Akan Terjadi Setelah Pandemi Berakhir
Satu tahun terakhir, pandemi telah menjungkirbalikkan kehidupan kita semua. Apapun namanya, lockdown telah merubah cara kita bersosialisasi, bekerja dan menjalankan hidup. Memang, meningkatnya vaksinasi sudah membuka kembali beberapa negara. Tapi, giliran Indonesia sepertinya masih lama.
Setelah pandemi selesai, perubahan apa saja yang akan bertahan, dan mungkinkah kehidupan membaik kedepannya?Secara historis, krisis kerap merevolusi kehidupan melalui kemajuan teknologi dan perubahan sosial. Namun berbeda dari wabah di zaman dulu, sekarang kita memiliki berbagai jenis data dan teknologi yang tetap memungkinkan berjalannya aktivitas, dan memicu beberapa perubahan positif.
Contohnya, karena adanya karantina dan berhentinya perjalanan udara, pandemi ini telah menjadi shock terbesar terhadap industri energi global, dalam tujuh dekade terakhir.
Menurunnya permintaan terhadap pasokan energi kemudian turut menurunkan emisi CO2 selama 2020 sebanyak 8% ke titik terendahnya sejak 2010. Kualitas udara dunia pun membaik dibanding tahun sebelumnya.
Termasuk Indonesia, yang udaranya juga mengalami penurunan konsentrasi partikulat berbahaya. Di Jakarta contohnya, karena selama pandemi banyak yang lebih memilih untuk berjalan kaki atau bersepeda, terjadi perbaikan tren Indeks Standar Pencemar Udara.
Meski perbaikannya kecil, setidaknya pandemi ini memberikan dunia sedikit waktu lebih untuk mengatasi perubahan iklim.
Secara individu, pandemi ini juga telah mengubah interaksi sosial manusia. Beberapa terpaksa hidup berdekatan, tetapi juga berjauhan dari lainnya, sehingga banyak yang jadi sering cemas dan kesepian.
Namun di sisi lain, situasi pandemi ini membentuk kebiasaan positif. Kita jadi lebih patuh pada aturan, lebih aktif menjaga diri dan keluarga, serta lebih peduli pada kebaikan bersama. Meski dikurung 24 jam dengan keluarga bisa memicu konflik, setidaknya orang tua mempunyai waktu lebih bersama anak untuk meningkatkan kualitas hubungan.
Melalui pembatasan sosial, masyarakat pun memiliki kesempatan dan waktu untuk mengeksplorasi hobi dan minat baru, yang sebelumnya terkesan bersifat buang-buang waktu.
Alhasil, pola konsumsi masyarakat pun ikut beralih ke belanja kebutuhan hobi seperti tanaman hias, yang popularitasnya melejit signifikan selama pandemi.
Penjualan makanan dan minuman online juga meroket karena restoran yang tutup mulai beradaptasi, tapi banyak juga yang mulai belajar memasak untuk mengisi waktu, dan berakhir serius menjadi bisnis kuliner rumahan.
Di balik ramainya berita pesimisme, yang jarang tersorot adalah cara krisis mendorong dunia ke masa depan, melalui percepatan adopsi teknologi.
Contohnya sektor kesehatan, yang dipaksa berinovasi untuk mengkonfigurasi ulang sistem mereka. Dengan realita baru ini, perubahan sistem yang dikira dapat dilakukan dalam 10 tahun lagi, harus diselesaikan dalam satu tahun saja.
Terlebih di Indonesia, yang banyak daerahnya masih belum terjangkau pelayanan kesehatan memadai,
seperti puskesmas yang belum terkoneksi internet, sehingga target pun diharuskan maju sepuluh tahun. Ada juga teknologi telemedika, yang dikembangkan dengan sangat cepat untuk membantu perluasan jangkauan layanan.
Atau teknologi e-learning, yang meroket dan nilai pasarnya diprediksi akan berlipat 4x sampai 2026. Percepatan seperti ini sering disebut dengan istilah tech-celeration.
Meski dunia sudah go-digital dari lama, nyatanya pandemilah yang akhirnya mendorong manusia untuk lebih memilih solusi digital dalam kehidupan sehari-hari. Adanya WFH juga membuat jutaan pekerja belajar bahwa mereka bisa tetap produktif dan berkolaborasi di luar kantor.
Jika terus diterapkan, jam kerja akan menjadi fleksibel dan kualitas hidup karyawan membaik, karena mereka lebih leluasa mengatur waktu. Pengaturan hybrid ini juga ternyata disetujui oleh masyarakat Indonesia, bekerja di kantor seperlunya saja seperti kalau ada meeting.
Berkurangnya perjalanan ke kantor pun dapat meminimalisir jumlah kendaraan, sehingga kualitas udara ikut membaik. Bahkan, beberapa perusahaan mungkin dapat melepas sewa kantor sepenuhnya.
Sehingga, banyak pekerja diprediksi akan mulai meninggalkan kota besar, untuk pindah ke hunian di daerah yang lebih tenang, seperti di pedesaan, atau yang terjangkau.
Karena nyatanya, selama pandemi, banyak penduduk kota yang kehilangan pekerjaan dan akhirnya memilih untuk pulang ke daerah asalnya.
DKI Jakarta contohnya, mencatatkan perpindahan penduduk keluar 20% lebih besar, dari jumlah kedatangan selama 2020. Kebiasaan berbelanja pun ikut bergeser ke online, dan hal ini diperkirakan akan bertahan bahkan setelah pandemi selesai.
Sebelum pandemi, masyarakat Indonesia cenderung lebih memilih untuk berbelanja langsung ke pasar, meski konsep belanja online sudah ada. Namun selama pandemi, adopsi teknologi di sektor ritel meningkat drastis, dan transaksi e-commerce melonjak.
Hal yang sama juga dialami banyak negara lain, dengan lonjakan transaksi e-commerce sampai 5 kali lipat. Tidak hanya untuk belanja, transaksi virtual lainnya seperti online banking juga berkembang pesat.
Penjual juga sudah mulai beradaptasi dengan kebiasaan baru ini. Platform startup grosir online untuk kebutuhan sehari-hari semakin berkembang, dan rajin mendapatkan pendanaan segar, karena permintaannya terus meningkat.
Ketika masyarakat melakukan panic buying di supermarket, mungkin disinilah pandemi mengajarkan cara menyiapkan diri, untuk bencana selanjutnya.
Baca juga: 8 Tips belajar efektif dimasa pandemi
Mungkin sulit sekarang, untuk memiliki optimisme terhadap kehidupan di masa depan. Namun, meski dampaknya akan terus terasa, krisis ini tetap akan berakhir, menciptakan new normal yang mungkin tidak akan seburuk yang kita pikir.
Kita pasti berharap pandemi berakhir, sehingga kehidupan yang dulunya kita lakukan bisa berjalan seperti sediakala. Tapi, apakah kehidupan setelah pandemi akan seperti dahulu? Saya rasa tidak. Karena, pandemi sudah membawa kehidupan baru dan inilah yang kita adobsi.
Tidak sepenuhnya kebiasaan kita dulu kembali, tapi pasti kebiasaan saat pandemi akan kita bawa. Yang menjadi persoalan sekarang, kapan pandemi berakhir? Hmm. Berdoa saja.
Mungkin sulit sekarang, untuk memiliki optimisme terhadap kehidupan di masa depan. Namun, meski dampaknya akan terus terasa, krisis ini tetap akan berakhir, menciptakan new normal yang mungkin tidak akan seburuk yang kita pikir.
Kita pasti berharap pandemi berakhir, sehingga kehidupan yang dulunya kita lakukan bisa berjalan seperti sediakala. Tapi, apakah kehidupan setelah pandemi akan seperti dahulu? Saya rasa tidak. Karena, pandemi sudah membawa kehidupan baru dan inilah yang kita adobsi.
Tidak sepenuhnya kebiasaan kita dulu kembali, tapi pasti kebiasaan saat pandemi akan kita bawa. Yang menjadi persoalan sekarang, kapan pandemi berakhir? Hmm. Berdoa saja.
Post a Comment for "Apa yang Akan Terjadi Setelah Pandemi Berakhir"