Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Trend Batu Kristal yang Katanya Bermanfaat

 Batu kristal. Banyak influencer mancanegara yang mengklaim batu-batuan bermanfaat positif, sehingga menjadi tren di kalangan milenial. Lucunya, tren healing crystals dianggap ironis di indonesia.

Apa bedanya dengan batu akik bapak-bapak dulu? Namanya saja yang diganti, kecubung jadi amethyst, kecubung es jadi clear quartz.

Sampai sekarang pun belum ada bukti ilmiah di balik manfaat yang dipromosikan, tapi hal ini tidak menghentikan generasi muda untuk terus membeli bebatuan cantik.

Trend Batu Kristal yang Katanya Bermanfaat

Seiring perkembangan tren, kristal sekarang dipromosikan akan membawa manfaat bagi kesehatan mental, tidak seperti batu akik dulu yang maknanya lebih spiritual.

Semakin kesini masyarakat itu semakin melek, dan semakin peduli sama mental health, dan wellness adalah bagian besar dari itu. Healing crystals ini datang sebagai salah satu alternatif yang bisa ngasih pengobatan atau ngasih solusi dari segi energi, yang bisa bermanfaat untuk mengatasi stress itu.

Banyak yang berpendapat, brand wellness kekinian sebenarnya hanya mengemas kembali budaya dari jaman dulu, sehingga bisa memiliki penggemar baru:

Yang pertama itu adalah remaja. Disini perilaku mereka itu lebih senang beli crystal yang lebih murah.

Tipe audiens yang kedua itu, yang memang dia benar-benar kolektor, biasanya ada di umur dua puluh lima tahun, bahkan ada juga yang 50-an tahun itu, masih koleksi kristal sampai sekarang.

Perilaku media sosial dari kolektor ini, mumpung tren nya lagi naik, mereka tuh sekarang mulai percaya diri gitu, untuk bikin akun-akun media sosial dimana mereka membagikan koleksi mereka, meski sebelumnya tidak pernah.

Dikala pandemi, tren ini pun semakin berkembang, termasuk di Indonesia. Dari sudut pandang millennial, hal ini sebenarnya masuk akal, karena dengan semakin kompleksnya kehidupan modern, mereka pun diharuskan mencari variasi solusi.

Generasi milenial memang dipaksa membangun kehidupan di tengah ketidakpastian pandemi, banyak yang sekarang lulus dan tidak mendapatkan kerja, atau kehilangan pekerjaan dan harus pulang kampung. Jadi, timbul rasa cemas, gelisah, dan frustasi.

Sudah berjalan 2 tahun, kok keadaan belum membaik juga? Di kala krisis, manusia pun berusaha menemukan ketenangan dengan berbagai cara. Sehingga usaha generasi muda untuk mencari kenyamanan melalui praktik wellness pun dapat dimengerti.

Kali ini, wujudnya adalah batu kristal. Semakin lama, walaupun ini cuma tren, lama-lama itu jadi bagian dari diri mereka. Jadi aspek penting gitu yang bakal mereka butuhkan, meskipun nanti sudah tidak pandemi lagi.

Nyatanya, studi membuktikan praktik spiritualitas bisa membantu mengurangi kecemasan dan kesedihan selama periode sulit. Tren wellness populer karena fleksibilitas-nya.

Generasi muda dapat dengan bebas bereksperimen mencari praktik yang paling cocok dengan kenyamanan, keyakinan, dan tradisi mereka.

Sebagai energy worker, aku tuh tidak bisa bilang bahwa ini tuh pengganti. Tapi lebih kepada pelengkap. Faktor ini lumayan berperan di Indonesia karena secara kolektif, agama masih menjadi bagian besar dari kehidupan mayoritas masyarakatnya.

Namun bagi anak muda yang dipaksa tumbuh dalam ketidakpastian, praktik ini bukanlah upaya menggantikan agama, melainkan lebih untuk menopang kesehatan mental.

Sederhananya, mereka seakan-akan diperbolehkan memilih dan mencoba berbagai komponen wellness sampai ketemu dengan yang cocok dan efektif untuk meningkatkan kualitas hidup.

Sehingga bagi kebanyakan orang, praktik tambahan seperti ini bisa membantu mereka untuk membentuk identitas.

Sebenarnya, konsep penggunaan kristal di kehidupan sudah menjadi tradisi sejak dulu, karena manusia cenderung menerjemahkan kehidupan dan memberikan makna pada objek sekitar dengan simbol.

Praktik kristal modern pertama booming di tahun 70-an seiring dengan hadirnya Gerakan Zaman Baru.

Kalau di Indonesia, trennya terjadi 5 tahun lalu dikala demam batu akik. Bahkan banyak yang pindah profesi berjualan batu akik dan pembelinya berasal dari berbagai kalangan.

Sebenarnya, makna dari batu-batu ini belum berubah dari jaman dulu, lho. Cinta, kepercayaan diri, dan kedamaian: hanya tiga elemen ini yang dialirkan oleh kristal dan pada dasarnya dipercaya memberikan kekuatan serta menjauhkan dari hal negatif dan pastinya kalau kita beragama islam itu adalah hal yang dilarang, kecuali hanya sebagai perhiasan semata.

Karena maknanya tidak berbeda dengan batu akik, tren kristal pun kadang menjadi bercandaan netizen Indonesia. Meluasnya tren wellness dan self-care di kalangan milenial memang menghidupkan kembali pasar kristal, dan bahkan diperkirakan akan melampaui kepopuleran berlian di sektor batu berharga.

Dari perhiasan sampai botol minum, sekarang semuanya serba kristal. Batunya sendiri bisa dengan mudah dibeli dimanapun, meski harganya tidak murah karena kebanyakan sudah dikemas dengan branding estetik masa kini.

Industri wellness global pun sekarang bernilai triliunan dolar. Sebenarnya masuk akal sih, kalau banyak yang skeptis terhadap tren ini.

Nyatanya memang bebatuan ini sudah ada sejak jutaan tahun lalu, manusia saja yang hobi mengilhaminya dengan berbagai makna, dan dijual kembali agar orang lain ikutan mengoleksi sampai menjadi tren.

Audiens ku tuh bahkan selalu bilang ke aku, batu itu adanya dari bumi. Kalau memang kita percaya yaudah silahkan, kalau memang tidak percaya ya juga memang tidak ada yang memaksa gitu.

Baca juga: 8 Rekomendasi Ide Usaha Saat Pandemi yang Menguntungkan

Healing crystals sama seperti meditasi, tidak memihak kepercayaan manapun. Dan fungsinya sebenarnya mirip-mirip saja, kembali lagi ke kesehatan mental. Dan saya pribadi, jangan percaya batu.
Aksa Asri
Aksa Asri Tempatku melamun akan berbagai hal :")

Post a Comment for "Trend Batu Kristal yang Katanya Bermanfaat "