Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Mengenal Lebih Dekat Bank Syariah Indonesia

 Perekonomian Islam di Indonesia dinilai terus berkembang pesat. Di tahun 2020 Indonesia berada pada peringkat ke-4 perekonomian syariah global berdasarkan The State of Global Islamic Economy Report.

Pasar industri halal pun diperkirakan akan mencapai 4.800 triliun rupiah di 2024. Potensi besar inilah yang kemudian mendorong pemerintah untuk membentuk Bank Syariah Indonesia.

Mengenal Lebih Dekat Bank Syariah Indonesia

Peresmian Bank Syariah Indonesia ini adalah hasil dari menyatunya tiga bank syariah milik Himbara, seperti berita utama yang baru muncul. Dengan total aset gabungan sebesar 240 triliun Rupiah, merger ini merebut peringkat ketujuh sebagai bank terbesar di Indonesia.

Diharapkan, dalam lima tahun ke depan, BSI mampu masuk ke dalam daftar 10 bank syariah terbesar di dunia, karena dari segi populasi, Indonesia memiliki potensi sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.

Tapi sebenarnya, apa bedanya bank syariah dengan bank biasa? Apa keuntungan hadirnya BSI bagi rakyat Indonesia?

Pada dasarnya, Perbankan syariah didasarkan pada budaya agama yang mengakar dari ajaran kitab suci Al-Qur’an. Dengan prinsip kemitraan yang saling menguntungkan, perbankan syariah menawarkan sebuah alternatif yang berbeda dari sistem perbankan kebanyakan.

Dalam hukum perbankan syariah, pemberian bunga pada pinjaman atau simpanan dilarang. Namun melalui sistem penyertaan saham, kedua belah pihak akan untung atau rugi bersama.

Artinya, bank berhak menerima sebagian keuntungan jika usaha yang mendapatkan pinjaman sedang untung. Namun, jika usaha tersebut tidak menghasilkan laba, maka bank juga tidak akan mendapat untung.

Sebenarnya alasan saya memilih bank syariah itu karena landasan agama sih. Diluar itu, mungkin karena sistem bagi hasil yang membuat saya memilih untuk menggunakan bank syariah,

karena posisi nasabah itu di dalam bank syariah adalah mitra. Sisi menguntungkan dari peminjaman melalui perbankan syariah, juga terletak pada kepastian suku bunga selama durasi pinjaman yang sudah disepakati sebelumnya.

Di bank konvensional, itu sangat terkenal dengan floating rate nya, biasanya mereka cuma fix 3 tahun, setelah itu floating, itu kalau untuk fixed income earners itu memberatkan, dan ketika masa krisis, bank malah menambah lagi beban.

Selebihnya, perbankan syariah juga melarang riba dan transaksi yang bersifat spekulatif, karena dianggap sama seperti perjudian.

Transaksi spekulatif biasanya terjadi di sektor keuangan atau pasar modal, termasuk yang paling sering seperti di pasar saham dan valuta asing.

Ketika mekanisme transaksi disana, itu didasarkan kepada spekulasi berlebihan aktifitas maisir itu sebenarnya membuat market tidak stabil spekulasi itu membuat market tidak stabil.

Jadi, perluasan penggunaan produk keuangan syariah akan mengurangi jumlah transaksi spekulatif, sehingga akan berkontribusi pada kestabilan harga jangka menengah.

Banyaknya transaksi spekulatif sekarang menyebabkan ketidakseimbangan volume transaksi antara sektor keuangan dan sektor riil.

Karena transaksi di sektor keuangan itu berkembang begitu cepat begitu besarnya, tanpa ada underlying nya, tanpa ada counterpart value nya yang setara di sektor riil.

Istilah kerennya, bubble economy. Menjadi gelembung besar yang akhirnya pecah. Kenyataannya, kondisi ekonomi di sektor riil tidak menggambarkan perkembangan pesat yang terjadi di pasar keuangan.

Secara realistis, perekonomian Indonesia bisa menjadi lebih stabil ketika proporsi perbankan syariah sudah mulai mengimbangi proporsi perbankan konvensional.

Dengan cara, menghubungkan secara otomatis sektor keuangan dengan sektor riil, melalui akad-akad keuangan syariah, yang dimana akad keuangan syariah itu basisnya, sektor riil semua.

Sinergi antara perbankan konvensional dan syariah pun akan mendukung perluasan mobilisasi dana masyarakat untuk pengembangan pembiayaan berbagai sektor.

Namun, meski digadang-gadang memiliki potensi yang sangat besar, BSI juga dihadapkan pada tantangan berat kedepannya. Hal ini dikarenakan literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia yang masih tergolong rendah dibandingkan dengan perbankan konvensional.

Kalau saya sih, menggunakan BSI sepenuhnya. Secara keseluruhan, porsi aset perbankan syariah di Indonesia juga masih sangat rendah pada angka 3.97% dari total aset bank umum.

Hal ini pun menuntut BSI untuk menetapkan strategi bisnis baru dan bertransformasi. Untuk meningkatkan pangsa pasar jasa keuangan syariah dalam negeri, BSI pun akan melakukan diversifikasi lini bisnis, salah satunya dengan berfokus ke sektor UMKM dan Mikro, yang merupakan kompetensi utama BRISyariah.

Baca juga: Indonesia Bersikeras Ingin Menjadi Tuan Rumah Olimpiade?

Sedangkan berdasarkan kompetensi BNI Syariah dan Mandiri Syariah sebelumnya, BSI juga akan mengembangkan pembiayaan kredit pada segmen konsumer dan ritel.

Melalui merger ini, BSI sekarang memiliki modal dan skala ekonomi yang besar, sehingga mampu menjadi lebih kompetitif dan mendapatkan nasabah berprofil risiko baik untuk meraup keuntungan yang lebih tinggi.

Kehadiran dan besarnya kapasitas bisnis BSI diharapkan dapat menjadi akselerator bagi pengembangan perekonomian syariah Indonesia, agar dapat memberikan manfaat sosial seluas-luasnya bagi masyarakat.

Meski dengan pangsa pasarnya masih rendah, hal ini justru dipercaya dapat menjadi amunisi perbankan syariah pada masa mendatang.
Aksa Asri
Aksa Asri Tempatku melamun akan berbagai hal :")

Post a Comment for "Mengenal Lebih Dekat Bank Syariah Indonesia"