Tugas 1 UT Pengantar Sosiologi Tentang Interaksi Sosial Dalam Masyarakat
Soal 1
Sosiologi itu beyond commonsense alias membawa kita untuk dapat berpikir yang tak biasa dan sosiologi juga seseorang bisa seeing the strange in familiar. Coba anda jelaskan tentang seeing the strange in familiar itu dan sertakan juga contoh fenomena sosial yang ada dalam masyarakat berkaitan dengan hal itu
Pembahasan:
Sosiologi adalah suatu pemahaman yang dapat menemukan segala hal yang tak biasa dari sesuatu yang biasa.
Mengapa demikian? Sebab, sosiologi dapat mendorong manusia untuk dapat berpikir dengan cara yang tidak biasa atau beyond common sense.
Bentuk temuan yang diperoleh oleh para ahli sosiologi umumnya bersifat ‘underground’ yang selama ini telah terbungkus dalam kumpulan data dan fakta umum. Upaya penemuan tersebut didasari oleh adanya sebuah dorongan untuk menilik segala hal atau kejadian secara mendalam.
Bentuk Dorongan yang Melatarbelakangi Pola Pikir Sosiologi
Untuk bisa menemukan rahasia dibalik hal-hal biasa, ahli sosiologi perlu didukung oleh suatu dorongan kuat untuk menyingkap ‘tabir penghalang’ yang menutupi fakta asli kejadian.
Oleh Peter L Berger, dorongan tersebut disebut sebagai debunking motif atau dorongan untuk membongkar kepalsuan.
Mereka akan cenderung melakukan atau mempertanyakan hal-hal yang justru sering orang lain tinggalkan atau bahkan tidak pernah orang lain pikirkan.
Berbekal pola pikir dan perspektif sosiologi, manusia dapat menemukan esensi atau akar permasalahan yang masih tersembunyi dan belum dapat diungkapkan.
Jika dideskripsikan melalui tindakan, penggunaan perspektif sosiologi ibarat mengintip isi kamar dari lubang kunci.
Dengan prinsip tersebut, Ilmu sosiologi juga dapat membantu mengatasi permasalahan sosial dengan menganut pola pikir beyond common sense.
Contoh Pola Pikir Beyond Common Sense Secara Sosiologis
Sociology is all about perspective. Dengan sosiologi, manusia dapat menemukan suatu informasi dari berbagai sudut pandang lain.
Misalnya, seorang yang buta dapat mengetahui isi dari suatu buku dengan cara menyentuh susunan huruf braille melalui indera perabanya, bukan dengan membaca atau menggunakan indera penglihatannya.
Konsep berpikir beyond common sense secara umum tidak hanya ditemukan dalam pola pikir seeing the strange in familiar. Adapun contoh lain dari cara berpikir beyond common sense antara lain :
Seeing the General in the Particular
Cara berpikir seperti ini biasanya ditunjukkan dengan cara melihat sebuah perilaku umum masyarakat beserta faktor sosial yang mempengaruhinya.
Contohnya, saat seseorang menjumpai orang Jawa yang memiliki tutur kata lemah lembut, seseorang tersebut kemudian mulai berpikir “apakah semua orang Jawa memiliki tutur kata yang lemah lembut?”
Seeing the Strange in Familiar
Pola pikir seperti ini umumnya ditujukan untuk mengkaji sesuatu yang umum atau lumrah dengan tujuan untuk membongkar informasi ‘rahasia’ dibalik hal lumrah tersebut.
Contoh pola pikir seeing strange in familiar adalah fenomena siswa lulus SMK akan melanjutkan studi lanjutan ke bangku kuliah.
Dalam hal ini, seseorang yang memandang fenomena tersebut dengan kacamata sosiologi akan mulai berpikir tentang “sejak kapan anak-anak lulusan SMK mulai berkuliah?”, “apa alasan anak lulusan SMK ingin melanjutkan studi dengan berkuliah”, dan lain sebagainya.
Seeing Personal Choice in Social Context
Cara berpikir tersebut menjelaskan tentang bagaimana lingkungan sosial seseorang dapat mempengaruhi pilihan pribadinya.
Contohnya kasus dalam pola pikir seperti ini adalah bunuh diri. Orang-orang yang mengakhiri hidupnya dengan tangan sendiri merupakan bentuk keputusan pribadi yang mungkin disebabkan oleh faktor-faktor sosial seperti adanya tuntutan, tekanan dari masyarakat, dan lain-lain.
Sumber:
http://www.ememha.com/2021/06/tugas-1-tutorial-online-pengantar.html?m=1
http://rachmawandicky.blogspot.com/2012/09/the-way-to-be-beyond-commonsense.html?m=1
Baca Juga: Diskusi 1 UT Pengantar Sosiologi Tentang Ruang Lingkup Sosiologi
Soal 2
Coba anda kemukakan fenomena atau kondisi yang ada dalam masyarakat saat ini dimasa pandemi covid 19 berdasarkan analisis anda terkait perspektif konflik, structural fungsional dan interaksionisme simbolik.
Sejak kemunculan wabah pandemi Covid-19 di Indonesia, negara kita telah memulai menerapkan gaya hidup new normal atau AKB (adaptasi kebiasaan baru). Wabah pandemi Covid-19 juga mempengaruhi aspek kehidupan masyarakat khususnya dalam bidang sosial dan ekonomi.
Adapun analisis kondisi masyarakat Indonesia di masa pandemi covid-19 menurut beberapa perspektif antara lain:
Perspektif Struktural Fungsional
Secara umum, perspektif ini menjelaskan bahwa masyarakat adalah sebuah sistem kompleks yang dipengaruhi oleh kerja sama dari banyak unsur-unsur pembentuk sistem untuk mencapai suatu stabilitas dan solidaritas.
Secara singkat, teori ini mengemukakan tentang adanya keseimbangan sosial dalam kehidupan bermasyarakat.
Pemahaman tentang Perspektif Struktural Fungsional
Di dalam perspektif struktural fungsional, terdapat dua macam komponen dasar yakni struktur sosial dan fungsi sosial.
Contoh dari struktur sosial di dalam masyarakat antara lain :
Lembaga kesehatan
Media massa
Aktivitas agama
Kegiatan rekreasi
Olahraga
Sosialisasi
Penyimpangan
Dan lain sebagainya
Masing–masing struktur tersebut memiliki fungsi sosial dan peran penting tersendiri dalam mendukung kelangsungan hidup masyarakat. Dengan kata lain, hilangnya salah satu dari struktur sosial tersebut dapat mengganggu tatanan sosial masyarakat secara keseluruhan.
Ibaratnya, struktur dan fungsi sosial dalam sistem masyarakat adalah kumpulan organ–organ di dalam tubuh manusia. Jika salah satu organ tubuh manusia tidak berfungsi sebagaimana mestinya, maka akan mempengaruhi kinerja organ tubuh yang lain.
Analisis Kondisi Masyarakat Selama Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Struktural Fungsional
Setelah mengetahui konsep dari perspektif struktural fungsional, kita dapat menghubungkan korelasi dari teori tersebut dengan kondisi masyarakat umum selama menghadapi wabah pandemi covid-19.
Semenjak pandemi covid-19 melanda masyarakat indonesia, beberapa fungsi sosial sempat mengalami beberapa jenis malfungsi oleh sebab adanya pembatasan mobilisasi masyarakat dan penetapan aturan untuk ‘stay at home’.
Namun, masalah tersebut dapat terpecahkan oleh adanya bentuk kerja sama antar struktur sosial terkait contohnya bidang pendidikan dengan perusahaan teknologi dan telekomunikasi.
Selama pandemi, kalangan pelajar tidak diizinkan untuk melakukan kegiatan belajar tatap muka dan digantikan dengan sistem pembelajaran jauh. Kegiatan tersebut akan sulit untuk direalisasikan bila tidak didukung oleh kerja sama antara struktur sosial bidang pendidikan dengan bidang teknologi.
Perspektif Konflik
Secara sederhana, teori dalam perspektif konflik ini berkebalikan dengan perspektif struktural fungsional yang mengutamakan adanya stabilitas dan solidaritas.
Pemahaman tentang Perspektif Konflik
Analisis masyarakat dari perspektif konflik cenderung berfokus pada fakta bahwa pola – pola sosial akan memberikan keuntungan untuk kalangan masyarakat tertentu dan merugikan untuk kalangan masyarakat yang lain.
Umumnya, para ahli psikologi menggunakan jenis perspektif ini untuk melihat konflik antara kalangan dominan dan kalangan yang dirugikan.
Analisis Kondisi Masyarakat Selama Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Konflik
Contoh kasus yang terjadi semenjak kemunculan wabah Covid-19 di Indonesia adalah adanya ketimpangan bagi kalangan masyarakat yang bekerja di sektor informal seperti pedagang kaki lima, ojek online, sopir angkutan umum, dan sejenisnya.
Setelah pemerintah Indonesia memberlakukan aturan untuk ‘stay at home’, para pekerja tersebut tidak lagi bisa melakukan pekerjaannya sehingga berpengaruh pada kondisi perekonomiannya akibat ketiadaan sumber penghasilan.
Namun, banyak diantara kalangan pekerja tersebut (pedagang kaki lima) tetap bersikeras untuk tetap melakukan pekerjaannya meski aturan publik telah membatasi pelaksanaan aktivitas masyarakat di luar rumah.
Akibatnya, konflik antara pedagang kaki lima dengan aparat penegak hukum setempat tidak bisa terelakkan.
Di satu sisi, para pedagang ingin tetap menyambung hidup mereka dari berdagang sementara di sisi lain, aparat keamanan juga berupaya untuk mencegah terjadinya penyebaran covid-19 agar tidak semakin parah.
3. Perspektif Simbolik Interaksionisme
Teori dalam perspektif simbolik interaksionisme menjelaskan tentang masyarakat adalah hasil dari adanya interaksi sehari-hari yang dilakukan oleh individu-individu.
Pemahaman tentang Perspektif Simbolik Interaksionisme
Sebenarnya, tatanan masyarakat dibangun oleh sekelompok orang-orang yang melakukan sebuah interaksi dengan saling melakukan pertukaran unsur–unsur simbolik.
Adapun unsur simbolik yang paling umum digunakan sebagai media interaksi antar individu adalah penggunaan bahasa, baik berupa bahasa lisan dan bahasa isyarat. Berbicara mengenai bahasa, para ahli interaksionisme simbolik menilai bahasa sebagai sistem simbol yang luas.
Misalnya, bahasa isyarat anggukan menandakan bahwa seseorang tersebut setuju dengan suatu pernyataan yang dikemukakan oleh orang lain.
Analisis Kondisi Masyarakat Selama Pandemi Covid-19 dalam Perspektif Interaksionisme Simbolik
Salah satu korelasi antara perspektif interaksionisme simbolik dalam hubungan kemasyarakatan selama masa pandemi covid-19 adalah adanya contoh sikap diskriminatif.
Maksudnya, masyarakat akan cenderung menjauhi orang – orang yang mengalami salah satu gejala covid-19 seperti fenomena batuk dan bersin. Sejatinya, batuk dan bersin tetap bisa terjadi oleh faktor penyebab lain seperti debu, asap, bau tak sedap, dan lain-lain
‘Reflek’ yang dilakukan oleh kebanyakan masyarakat ini merupakan wujud penjagaan diri agar terhindar dari potensi penularan covid-19.
Sumber:
https://kolom.tempo.co/amp/1314927/wabah-virus-corona-dan-masalah-sosiologis
Post a Comment for "Tugas 1 UT Pengantar Sosiologi Tentang Interaksi Sosial Dalam Masyarakat"