3 Alasan Lebih Memilih Saham Dibanding Reksadana Saham
Investasi seringkali disebut sebagai kendaraan bagi mereka yang ingin kaya di masa depan, instrumennya ada beragam, mulai dari saham, reksadana, obligasi, sukuk, deposito atau yang mulai menjamur belakangan ini tuh peer to peer lending.
Tapi pada artikel ini saya cuma mau bahas satu yaitu reksadana. Dan saya nggak suka sama Reksadana!Nggak sukanya kenapa? Akan saya bahas dalam artikel ini.
Cerita Pengalaman Reksadana
Tahun 2016 adalah awal saya mengenal investasi. Pada saat itu saya sangat menggebu-gebu untuk menciptakan kekayaan dengan cara tersebut.Saya coba mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan saham dan reksadana dari berbagai sumber, mulai dari YouTube, buku, Instagram, dan ngobrol dengan orang yang saya anggap lebih senior dalam hal ini.
Setelah belajar kesana-kemari merasa sudah berilmu dan berbekal percaya diri yang tinggi, hingga memutuskan untuk menabung reksadana pada saat itu.
Nggak banyak sih cuma sepersekian dari penghasilan, karena meskipun saya sudah PD, tetap sangat menghindari untuk menaruh uang hanya pada satu tempat.
Pokoknya pikiran saya pada waktu itu, kalau sampai terjadi apa-apa dengan uang reksadana saya enggak terlalu bersedih. Namanya juga investor baru ya...
Hampir setiap hari saya cek jumlah profit yang sudah saya dapatkan. "hari ini uangnya jadi berapa ya?" "Terus besok jadi berapa ya?"
Awal-awal numbuh dua persen itu sudah seneng banget, kayak merasa sukses jadi investor, cuma lama-lama mikir kok segini segini saja, kayak kurang puas gitu. Sampai pada akhir tahun 2018 dan saya jual semua reksadana dan sangat kecewa.
Pada saat itu hasil investasi selama dua tahun sekian bulan menghasilkan nggak lebih dari deposito bank konvensional selama setahun, saya lupa angka pastinya berapa, tapi coba bayangin gini aja deh.
Selama dua tahun saya investasi reksadana atau saya numbuh cuma empat persen, sedangkan rate deposito bank di kisaran lima persen pertahun.
Tapi, saya tahu kok itu terjadi karena nasib dan kurangnya ilmu saya aja. Entah pasar keuangan lagi nggak bagus, entah saya salah milih manajer investasi atau saya yang kurang lama menaruh uangnya.
Waktu itu saya investasi reksadana yang katanya memang untuk jangka pendek yaitu reksadana pendapatan tetap, jadi waktu 2 tahun sekian bulan itu menurut orang-orang sudah wajar kalau mau panen, tapi sampai sekarang pun saya lebih memilih untuk beli saham langsung daripada beli Reksadana.
Oh ya sebelumnya, saya luruskan kalau pernyataan ini tidak bermaksud untuk menyinggung siapapun. Ini murni pengalaman pribadi dan pemikiran saya yang tidak saya paksakan untuk diikuti.
Kenapa saya lebih memilih saham daripada reksadana?
Yang pertama, karena saya susah percaya sama orang.Konsep reksadana ini kan kita sama nasabah lain sama-sama menitipkan uang kepada pihak yang bernama manajer investasi, beliau ini yang akan mengelola uang kita. Mau ditaruh di pasar uang, surat utang atau saham perusahaan manapun itu terserah mereka.
Istilahnya kita mempercayakan uang kepada para ahlinya, meskipun pastinya keuntungan kita dipotong sekian persen sebagai bayaran atas jasa para manajer investasi itu. Tapi, karena saya enggak percayaan. Saya lebih suka mengelola sendiri.
Ditambah lagi saya pernah baca komentar dari Jason Zweig terhadap reksadana di buku the intelligent investor karya Benjamin Grahambyang itu sangat Membekas dalam ingatan.
Dia bilang kalau manajer investasi itu punya kecenderungan buruk saat dana yang dikelola besar. Kecenderungan buruk gimana maksudnya?
Contoh kasusnya gini, produk reksadana ABC dalam prospektusnya menyatakan bahwa satu setengah persen dari nilai aktiva bersih atau NAB per tahun akan dialokasikan untuk imbalan manajer investasi.
Bagi yang belum tahu NAB tuh jumlah total aset yang dikelola oleh manajer investasi pada satu produk reksadana. Reksadana ABC punya NHB sejumlah 250 miliar artinya ada 250 miliar uang investor yang dipercayakan pada manajer investasi untuk dikelola.
Nah, keuntungan dari manajer investasi ini satu setengah persen dari 250 miliar itu tadi, jadi berapa kira-kira? 3,75 miliar per tahun.
Ini dari satu reksadana ya, belum yang lain seperti reksadana DEF, GHI, JKL dan lain-lain. Belum lagi kalau energinya lebih banyak 300 miliar 400 miliar atau 500 miliar imbalannya pasti lebih gede.
Kecenderungan buruk yang dimaksud tadi adalah saat manajer investasi mengelola reksa dana dengan aset begitu banyak, ada kecenderungan mereka akan main aman dan tidak memaksimalkan potensi keuntungan untuk para investor seperti kita.
Jadi, kita sebagai investor itu dirugikan, kalau mereka sudah puas dengan penghasilan sekian miliar per tahun mereka akan berusaha melindungi atau mempertahankan pendapatan yang mereka dapat dan menghindari segala resiko yang ada, demi kesejahteraan mereka sendiri.
Padahal tugas mereka yang menganalisa dan meminimalkan resiko serta yang pasti mengembangkan dana yang dikelola, bisa dikatakan mereka melalaikan tugas utamanya yaitu menciptakan keuntungan bagi kliennya yaitu kita.
Tapi anggapan ini tentu enggak bisa dipukul rata ke semua manajer investasi. Saya yakin kalau masih banyak manajer investasi yang memiliki integritas dan berdedikasi menjalankan tugasnya.
Yang kedua, kenapa saya memilih saham daripada Reksadana adalah karena saya enggak keberatan untuk baca laporan keuangan, kalau mau investasi reksadana kita harus menyeleksi orang atau organisasi yang kita percaya untuk menjadi manajer investasi sebelum menggelontorkan dana yang kita punya.
Sedangkan, saat investasi saham hampir sama mirip mirip dengan melakukan evaluasi atas perusahaan yang kita akan tumbuh di masa depan. Cuma kali ini secara langsung ya.
Kalau dianalogikan perjalanan darat reksadana itu ibarat travel, kita bareng sama beberapa orang naik mobil Elf menuju satu tujuan yang sama. Lewat rute mana ya? terserah supirnya. Kita hanya ngikut yang penting nyampe.
Sedangkan, kalau beli saham langsung. Kita ibarat berangkat sendiri dan bebas memakai transportasi apa, mau naik bus terus disambung naik kereta, mau naik taksi terus disambung pesawat terserah, yang penting nyampai.
Apalagi saya sempat belajar accounting dan bisalah sedikit-sedikit baca laporan keuangan meskipun gak jago. Bisa menikmati itu dan saya anggap juga itu sebagai proses pembelajaran.
Dari sini Kita bisa belajar banyak hal seperti, proses bisnis suatu industri, bagaimana keadaan makro ekonomi mempengaruhi perusahaan, bagaimana perjanjian dengan pihak eksternal menentukan nilai dari perusahaan Itu, dan lain-lain.
Jadi, ada kepuasan diri karena kita benar-benar tahu apa yang sedang terjadi dengan uang milik kita.
Baca juga: Cara Mulai Side Hustle Sambil Kerja Gaji UMR?
Yang ketiga, saya tidak membeli Reksadana karena saya merasa dalam hal finansial keputusan harus saya buat sendiri.
Jadi, kalau untungnya untung atau rugi yang nggak nyalahin orang lain. Berani menerima konsekuensi atas keputusan kita, kalau dipercayai orang lain dan untung semua orang pasti senang.
Tapi, kalau rugi sih saya pribadi nyesel soalnya ruginya di tangan orang lain dan saya mikirnya gini, ini kan jangka panjang banget gitu ya.
Masalah invest saham ini harapan ambil untungnya bisa puluhan tahun kedepan itu waktu yang lama banget loh, kalau dalam lima tahun aja kita belajar analisa dan beli saham sendiri tanpa dibantu orang lain dengan kata lain mandiri.
Setelah itu untuk sisa hidup kita, kita nggak perlu bergantung sama orang lain dan lebih bisa memegang kendali kehidupan.
Kita santai aja belajar dikit-dikit tapi rutin, mau belajar laporan keuangan, makro ekonomi, proses bisnis sektor tertentu. Semua dipelajarin pelan-pelan.
Sambil belajar pelan-pelan kita fokusin waktu kita untuk nyari active income. Jangan kebelet punya pasif income deh, karena kita masih muda dan punya banyak waktu.
Fokus dulu ningkatin skill dan nyari penghasilan yang banyak. Nanti kalau sudah berumur kita punya lebih banyak uang yang nganggur dan kita sudah tahu gimana caranya menginvestasikannya.
Yang ketiga, saya tidak membeli Reksadana karena saya merasa dalam hal finansial keputusan harus saya buat sendiri.
Jadi, kalau untungnya untung atau rugi yang nggak nyalahin orang lain. Berani menerima konsekuensi atas keputusan kita, kalau dipercayai orang lain dan untung semua orang pasti senang.
Tapi, kalau rugi sih saya pribadi nyesel soalnya ruginya di tangan orang lain dan saya mikirnya gini, ini kan jangka panjang banget gitu ya.
Masalah invest saham ini harapan ambil untungnya bisa puluhan tahun kedepan itu waktu yang lama banget loh, kalau dalam lima tahun aja kita belajar analisa dan beli saham sendiri tanpa dibantu orang lain dengan kata lain mandiri.
Setelah itu untuk sisa hidup kita, kita nggak perlu bergantung sama orang lain dan lebih bisa memegang kendali kehidupan.
Kita santai aja belajar dikit-dikit tapi rutin, mau belajar laporan keuangan, makro ekonomi, proses bisnis sektor tertentu. Semua dipelajarin pelan-pelan.
Sambil belajar pelan-pelan kita fokusin waktu kita untuk nyari active income. Jangan kebelet punya pasif income deh, karena kita masih muda dan punya banyak waktu.
Fokus dulu ningkatin skill dan nyari penghasilan yang banyak. Nanti kalau sudah berumur kita punya lebih banyak uang yang nganggur dan kita sudah tahu gimana caranya menginvestasikannya.
Emang saham nggak bisa bikin kaya?
Dengan asumsi kalau kamu itu sama seperti saya, orang biasa yang bukan anak crazy rich Indonesian, jawabannya nggak.
Mungkin kamu orang yang sibuk dan gak mau repot atau karena kamu ingin menggunakan waktumu untuk hal-hal yang lain ya kalau seperti itu rasanya cocok untuk kamu.
Pilih yang track recordnya bagus yang namanya Kredibel dan perjanjian bagi hasil serta biayanya sesuai sama kamu.
Segitu aja dulu sering pemikiran kali ini, semoga kamu dapat mengambil manfaat dan memaafkan kesalahan saya jika ada kata-kata yang kurang tepat dan jangan pernah lelah untuk bareng-bareng jauh lebih baik.
Kesimpulannya mengenai reksadana
silahkan kamu beli saham sendiri, kalau kamu memiliki pemikiran yang sama dengan saya dan silahkan kamu beli reksadana kalau kamu ingin mempercayakan uangmu kepada manajer investasi.Mungkin kamu orang yang sibuk dan gak mau repot atau karena kamu ingin menggunakan waktumu untuk hal-hal yang lain ya kalau seperti itu rasanya cocok untuk kamu.
Pilah pilih manajer Investasi
Cuma, pastikan di awal kalau kamu sudah memilih manajer investasi dengan hati-hati.Pilih yang track recordnya bagus yang namanya Kredibel dan perjanjian bagi hasil serta biayanya sesuai sama kamu.
Segitu aja dulu sering pemikiran kali ini, semoga kamu dapat mengambil manfaat dan memaafkan kesalahan saya jika ada kata-kata yang kurang tepat dan jangan pernah lelah untuk bareng-bareng jauh lebih baik.
SC: Compounding Bareng Nad
Post a Comment for "3 Alasan Lebih Memilih Saham Dibanding Reksadana Saham"