Apakah Ijazah Mempengaruhi Kesuksesan Seseorang
Kali ini kita akan bahas mengenai penting nggak sih kuliah atau ijazah untuk kesuksesan seseorang?
Kita akan bahas dari dua angle. Saya sebagai CEO dan employer, analoginya kalau mau nge-hire orang ngeliat ijazah nggak sih?Formal education dan self education
Sama dari segi skill practical yang dibutuhkan untuk sukses di dunia profesional. Realita zaman sekarang, Elon Musk sebenarnya pernah sebut di interview-nya kalau dibandingin antara formal education dibanding self education atau non-formal, dia jauh lebih memilih orang-orang yang punya edukasi non-formal.Tapi apa segampang itu? Black and white, sudah kamu nggak usah kuliah mending belajar non-formal untuk sukses di bidang profesional.
Banyak Perusahaan Besar Tanpa Ijazah
Di zaman sekarang, dari 2020, 2021 dan mungkin kedepannya, makin banyak perusahaan global nggak mewajibkan orang untuk punya ijazah. Dan itu orang yang gajinya puluhan bahkan ratusan juta.Perusahaan besar kayak IBM, di tahun 2017, mereka punya 15% karyawan yang nggak punya ijazah sama sekali.
Perusahaan pertama, yaitu perusahaan sebesar Apple. Setengah dari karyawannya itu nggak punya ijazah, atau closed degree yang 4 tahun.
Itu gila loh. Setengahnya. Itu hampir sekitar 5 tahun yang lalu, sekarang mungkin statistiknya lebih besar.
Apa yang berubah di era sekarang, era digital dibanding era dulu?
Dimana saya sangat yakin kalau banyak orang berprasangka, apalagi orang tua kita. Orang tua kita bilang, 'kamu harus kuliah'. 'Kenapa?' 'Soalnya ijazah itu yang menentukan seberapa besar gaji kamu nantinya'.Salah nggak? Sebenernya nggak salah. Karena mereka tinggal di era yang mungkin berbeda dibanding kita.
Kalau mau penjelasan singkatnya, wajib apa nggak punya ijazah? Menurutku nggak wajib.
Tapi nggak segampang, 'Yaudah ga usah kuliah'.
Nggak semua orang bisa kuliah
Soalnya kaya gini, kalau kita ngomong di Indonesia, banyak warga Indonesia yang sebenarnya nggak punya privilege untuk kuliah. Contohnya, cuma 7,3% warga Indonesia yang akhirnya kuliah dibanding 180 an juta orang yang produktif. Yaitu sekitar 3% penetrasi untuk orang yang kuliah.Jadi 97%-nya nggak bakal sukses dong? Nggak juga. Kita balik ke topik awal. Elon Musk mention ada dua jenis edukasi, yaitu formal sama non-formal.
Non-formal itu sebenarnya harus disebut sebagai self education. Sekarang kita tinggal di zaman informasi yang semuanya bisa dicari di Google.
Kamu mau skill coding, skill apa kek yang dulunya harus lewat formalitas untuk belajar, sekarang bisa didapat secara gratis dan widespread.
Itu salah satu kunci paling penting, kenapa sekarang ijazah nggak terlalu relevan. Karena, edukasi sekarang jauh lebih accessible dan jauh lebih bisa dipelajari dibanding dulu.
Mindset Kita dan Orang Tua
Jadi mindset-nya gini, salah nggak orang tua kita mewajibkan kita untuk kuliah? Nggak salah.Karena orang tua kita tinggal di zaman dimana mencari edukasi nggak segampang sekarang.
Sekarang kalau perusahaan mewajibkan kita untuk punya skill coding, kita segampang tinggal YouTube. Dulu saya memulai freelance sampe penghasilan 20-30 juta/bulan, itu modal YouTube sama Google.
Apalagi ditambah kita tinggal di zaman gig economy, dimana semua itu bisa online, nyari kerjaan bisa online. Orang nggak ngeliat ijazah, 'Eh saya mau design dari kamu, liat ijazahmu dong'. Nggak.
Tapi, nggak adil kalau kita langsung menghitamkan atau menjelekkan kuliah atau ijazah. Realitanya, orang yang ngambil kuliah, itu menurutku opsional.
Kalau tujuannya untuk sukses di dunia karir atau profesional. Tapi kuliah tujuannya apa? Menurutku kuliah tetap punya peran penting di society kita, yaitu kita belajar yang namanya berorganisasi, belajar interpersonal dan sebagainya.
Kita kan pasti involve di kelas-kelas, tugas-tugas dengan dosen dan organisasi. Akhirnya itu skill-skill, soft skill, yang dipelajari dari kuliah.
Mungkin kita bahas ke segmen selanjutnya, kenapa self education lebih penting dibanding formal education untuk sukses?
Sekarang saya menerima sekitar 100 CV total selama 2-3 bulan terakhir, hal pertama yang saya liat itu bukan ijazah, bahkan gua skip ijazahnya. Saya nggak terlalu ngeliat kuliahnya.
Saya ngeliat dimana? ngeliat work experience. sama value apa atau impact apa yang dibawa ke perusahaan lamanya. Kalau misalnya si A bilang kaya gini, 'Di perusahaan lama saya berhasil ngelakuin project ini yang meningkatkan omzet segini'. 'Saya berhasil launching product yang akhirnya bikin orang bisa view DAU/MAU nya bagus'.
Jadi performance driven dibanding education driven.
Kalau orang yang sukses dengan self education, mereka sebenarnya punya dorongan diri untuk mencoba achieve sesuatu. Karena dengan formal education itu memudahkan orang, kenapa? Soalnya dikasih kurikulumnya. Nih, belajar A-Z.
Tapi, kalau self education, kita sendiri yang harus inisiatif untuk, 'Oke, mau belajar apa?'. 'Apa yang kira-kira bisa gua pelajari untuk sukses di dunia karir?'.
Akhirnya, sejujurnya, itu yang paling kelihatan saat interview hampir 100 orang ini. Keliatan dari karakternya.
Lebih Baik Kuliah Kalau Karakter Kalian Gini
Tapi menurutku gini, oke kita udah bikin bold statement, kuliah itu nggak wajib.
Tapi, kalau kita nggak punya motivasi diri atau konsistensi untuk self educate, mendingan kuliah.
Karena untuk punya komitmen bisa self educate sampai mencapai skill level tertentu, itu tuh nggak semua individual punya.
Saran gua buat teman-teman yang masih 20, atau misalnya even 24 and under kalian tuh tinggal di zaman yang gila banget. Pemerataan informasi, access to education, access to skill itu sangat amat mudah dibanding zaman-zaman dulu.
Jadi, jangan langsung bilang, 'Mah salah, nggak boleh kuliah', dan lain-lain. Tapi harus kasih argumentasi yang kuat. Mungkin dikasih liat juga statistik perusahaan-perusahaan besar yang udah nggak mewajibkan ijazah. Cuma gini, itu kan global company.
Baca juga: Emang Introvert Bisa Jadi Orang Sukses?
Gimana kalau local company?
Indonesia memang selalu proven, agak sedikit telat dibanding negara-negara maju. Tapi analoginya kita mempersiapkan diri untuk masa depan.Saya percaya dengan adanya pandemi ini, sama beberapa startup yang funding yang akhirnya beberapa tech company going IPO, culture-culture di negara maju akan lebih cepat masuk ke Indonesia.
Dan akhirnya kita pas udah siap, kita bisa liatin di CV kita itu bukan gelarnya lagi, bukan ijazah lagi.
Skill Itu Penting
Tapi skill atau performance apa yang berhasil kita bawa ke company itu. I think itu salah satu kunci penting banget buat kalian yang memulai.Saya nggak tahu kalian setuju atau nggak, atau mungkin ada halangan dari orang tua, atau siapapun itu.
Dan ini purely perspektifku sebagai employer dan CEO Ternak Uang kalo mau hire orang. Kalian share ke teman kalian yang buat mikir. 'Aduh kuliah nggak ya?'.
Balik lagi, tujuannya apa? Punya kapasitasnya atau nggak? Dan yang penting ngerti concept of self learning dan formal learning.
Kesimpulan Tentang Kuliah dan Kesuksesan
Intinya, kuliah penting dari segi menambah perspektif, wawasan dan teman. Namun, bukan penentu kesuksesan (segi finansial). Dan bukan berarti kalau tidak kuliah kita tidak bisa sukses, karena saat ini teknologi sangat mudah untuk digunakan mencari uang.SC: Raymond Chin
Post a Comment for "Apakah Ijazah Mempengaruhi Kesuksesan Seseorang"