Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Hajat vs Naluri, Penting Mana?

Ngomong-ngomong tentang kebutuhan, ada yang namanya kebutuhan hajat dan kebutuhan naluri. Keduanya sama-sama fitrah manusia yang udah ada sejak lahir. Tapi, manakah yang lebih penting? Yuk, simak pembahasan tentang hajat vs naluri ini biar teman-teman nggak salah menyimpulkan.

Hajat vs Naluri: Sama-Sama Fitrah dari Allah

Hajat sama naluri emang sudah fitrah yang ada dalam diri manusia sejak lahir. Dua-duanya penting biar manusia bisa tetap mengembangkan hidupnya. Dari zaman Nabi Adam hingga sekarang, semua orang pasti punya yang namanya hajat sama naluri.

Hajat ini disebut juga sebagai kebutuhan jasmani. Kalau naluri sih tingkat kepentingannya masih di bawah hajat. Tapi, bukan berarti bisa kita abaikan gitu saja.

Kebutuhan Jasmani (Hajat Al-'udhawiyah)

Namanya kebutuhan jasmani ya harus kita penuhi. Soalnya, pemenuhan hajat ini penting banget supaya kita tetap bisa bertahan hidup. Kalau kita nggak bisa memenuhi hajat dengan baik, konsekuensinya bisa berdampak sama tingkat penurunan kesehatan, bahkan kematian.

Beberapa contoh kebutuhan hajat manusia, antara lain: kebutuhan makan, minum, tidur, buang air besar, kecil, dan masih banyak lagi.

Kita tahu kalau salah satu tujuan Allah SWT mengirimkan manusia di bumi adalah untuk menjaga bumi ini. Nah, demi mengemban tugas itu kita harus memenuhi hajat terlebih dahulu agar bisa menjaga bumi secara maksimal.

Cara memenuhi hajat juga bermacam-macam. Salah satunya, kalau mau makan enak dan tidur nyenyak, ya kita harus kerja.

Sebagaimana yang Allah sampaikan dalam Al-Qur'an Surat Ar-Ruum (30):23, kalau Allah sudah membagi siang dan malam agar manusia bisa membagi waktunya dengan baik. Siang untuk bekerja dalam memenuhi hajat, malam untuk beristirahat dalam rangka memenuhi hajat juga.

Dari sini, kita tahu kalau hajat emang penting banget dipenuhi untuk semua manusia. Terutama untuk tetap menjadi khalifah yang baik di bumi ini.

Apa itu kebutuhan hajat dan naluri dalam islam

Lalu, bagaimana dengan naluri? Kalau hajat adalah hal yang sangat urgent, apa naluri juga sama?

Kebutuhan Naluri (Gharaiz)

Kebutuhan naluri atau gharaiz ini juga fitrah manusia yang udah ada sejak kita lahir. Berbeda dengan hajat yang sifatnya lebih ke pemenuhan kebutuhan hidup, naluri ini lebih ke sesuatu yang ada di dalam diri.

Contoh kebutuhan naluri, antara lain: memiliki rasa kagum sama sesuatu, marah kalau ada yang melecehkan, suka sama lawan jenis, hingga keinginan untuk punya rumah, ponsel bagus, mobil mewah, dan berbagai keinginan lainnya.

Naluri terbagi menjadi tiga macam. Ada naluri beragama (gharizah tadayyun), naluri mempertahankan diri (gharizatul baqa), serta naluri buat melestarikan jenis atau memperbanyak keturunan (gharizatun nau). Sekarang, kita bahas satu per satu dari ketiga macam naluri tersebut.

1. Naluri Beragama ( Gharizah Tadayyun)

Naluri beragama juga sudah ada sejak dulu. Bahkan jauh sebelum datangnya Nabi Muhammad SAW yang membawa agama Islam. Naluri beragama ini sama dengan naluri mengagungkan. Manusia selalu ingin memuja sesuatu yang dianggap memiliki kekuatan lebih tinggi.

Contoh perwujudan naluri mengagungkan ini, yaitu memuja patung, berdoa kepada Tuhan, bersumpah, menuhankan pencipta, dan masih banyak lagi.

Sebagai umat muslim, kita patut bersyukur karena telah memenuhi naluri mengagungkan ini dengan baik. Banyak orang di luar sana yang nyatanya masih bingung dalam menentukan agama apa yang ingin dia anut.

2. Naluri Mempertahankan Diri (Gharizah Baqa)

Selain naluri untuk beragama, ada juga naluri untuk mempertahankan diri. Kalau yang satu ini bakalan condong ke wujud atau keinginan buat menunjukkan eksistensi diri. Sebagai manusia tentu nggak mau kalau ada yang menginjak-injak atau melecehkan harga diri kita.

Kita sering banget ingin menunjukkan eksistensi diri di dunia nyata maupun di dunia maya. Kalau ada yang nggak respect gitu kadang rasanya pengen marah. Hal ini wajar kok, tapi kita harus pintar menahan diri agar tetap berperilaku sesuai dengan anjuran Islam.

Nah, contoh naluri mempertahankan diri itu saat kita merasa senang saat ada yang memuji, merasa iri, marah, atau dendam ketika ada yang mengejek. Atau merasa tersinggung ketika ada yang merendahkan kita secara keterlaluan.

Sekali lagi, sebagai umat muslim hendaknya kita bisa memilih untuk menjalankan hal-hal positif supaya selalu dalam lindungan Allah SWT. Apalagi, di usia remaja yang notabene benar-benar pengen selalu diperhatikan.

3. Naluri Melestarikan Jenis atau Keturunan (Gharizah Nau)

Membahas tentang naluri untuk melestarikan keturunan, para remaja pasti udah tahu nih mau ngobrol tentang apa. Terutama buat teman-teman yang lagi tertarik sama lawan jenis.

Yup, naluri untuk melestarikan keturunan ini memang fitrah sejak lahir. Hal ini bermula dari munculnya rasa ketertarikan pada lawan jenis.

Boleh saja tertarik sama lawan jenis. Tapi, ada waktunya sendiri ya, Sobat! Jangan sampai rasa tertarik ke lawan jenis membawa kita ke jalan yang salah, apalagi sampai berani pacaran. Naudzubillah min dzalik.

Ingat, Allah SWT sudah menjaga kita dengan baik supaya tidak terjerumus ke jalan yang buruk. Misalnya yang tertuang pada Surat Al-Isra' ayat 32. Para muslim pasti tahu kalau surat ini berisi larangan terhadap sesuatu yang mendekati zina.  

Zina ini sendiri termasuk perbuatan keji yang bisa membawa kita ke hal-hal yang buruk.

Tertarik sama lawan jenis itu boleh aja, tapi bukan berarti kita bisa pacaran sesuka hati. Tahu sendiri kan kalau pacaran itu banyak mudharatnya. Mulai dari saling berkirim pesan, saling telepon setiap malam, ketemuan di malam Minggu, dan masih banyak hal-hal negatif lainnya.

Baca juga: pacaran syar'i dalam islam

Bagaimana dengan Pacaran Islami?

Kamu yakin pacaran islami itu ada? Dalam Islam nggak ada tuh istilah pacaran. Adanya cuma ta’aruf. Sayangnya, saat ini banyak remaja yang salah mengartikan pacaran sebagai ta’aruf. Padahal, keduanya beda banget, lo.

Kalau ta'aruf sih tujuannya jelas untuk saling mengenal satu sama lain sebelum menuju ikatan suci pernikahan. Tapi, kalau pacaran tujuannya cuma untuk bersenang-senang. Bahkan, ada yang sampai galau bertahun-tahun karena nggak bisa ngelupain si mantan pacar yang udah pergi sama orang lain.

Naluri untuk melestarikan keturunan memang perlu kamu penuhi. Tapi ingat, itu ada waktunya sendiri. Di usia remaja lebih baik fokus ke hal-hal positif saja, alih-alih memikirkan sesuatu yang banyak dampak buruknya.

Masa muda itu indah lho, cuma sekali kita lalui. Kalau kita senantiasa berbuat positif sambil mendekatkan diri kepada Allah, InsyaAllah kita bakal punya masa depan lebih cerah dan tenang.

Beda lagi kalau masa muda kita penuh sama hal-hal buruk. Otomatis di masa tua juga bakalan terbayang-bayang sama kesalahan di masa lampau. Kamu nggak mau kan dihantui masa lalu yang kelam?

Jadi, mana yang lebih penting dari hajat vs naluri? Keduanya penting dan berguna asal kita menggunakannya dengan tepat. Yuk, lebih bijak lagi dalam menentukan pilihan dengan menghabiskan masa muda di jalan yang diridhoi Allah SWT.

Aksa Asri
Aksa Asri Tempatku melamun akan berbagai hal :")

Post a Comment for "Hajat vs Naluri, Penting Mana?"