Sejarah Opium dan Hubungannya dengan Afghanistan Dari Masa Perang Soviet-Afghanistan Hingga Sekarang
Pada Agustus 2021, Taliban mengambil alih seluruh Afganistan. Meski memperoleh pelatihan dan lebih dari 2 triliun dolar untuk memperkuat pemerintahan dan militernya, pemerintahan resmi Afganistan tetap takluk terhadap Taliban. Kelompok yang dulunya didirikan oleh pelajar.
Apa itu opium?
Bagaimana bisa? Jawabannya adalah tanaman kecil (opium). Opium adalah sumber penghasilan dan cara berbagai penguasa Afganistan untuk mendapatkan kepercayaan dari masyarakat sejak dulu.
Artikel ini adalah tentang sejarah perdagangan opium di Afganistan. Serta bagaimana tanaman tersebut telah memberi Taliban kekuatan dan legitimasi selama bertahun-tahun.
Sejarah Opium di Afganistan
Afganistan diketahui sebagai salah satu eksportir opium terbesar di dunia. Hampir 95% heroin yang beredar di Eropa berasal dari opium yang tumbuh dari Afganistan.
Afganistan adalah salah satu eksportir opium terbesar di seluruh dunia. 95% dari heroin yang beredar di Eropa dibuat dari opium yang tumbuh di Afganistan.
Hal ini disebabkan oleh iklim Afganistan yang kering. Dan banyak wilayahnya yang masih terpencil. Dengan kata lain, memanen opium beresiko kecil namun membawa untung besar.
Pada tahun 1950an, Afganistan mulai menjadi pemasok opium internasional. Menggantikan Iran, yang baru saja melarang penanaman opium.
20 tahun kemudian, Afganistan menjadi pemasok opium di pasar Eropa Barat dan Amerika Utara. Lalu, Uni Soviet datang. Uni Soviet menginvasi Afganistan dan dilawan oleh kelompok-kelompok mujahideen.
Uni Soviet pun membumihanguskan tanah pertanian di pedesaan demi memaksa mereka ke wilayah perkotaan yang di bawah kendali Soviet. Alhasil, warga pedesaan yang tidak pergi, tidak memiliki pilihan lain selain menanam opium.
Awalnya, para komandan mujahidin bingung harus bersikap seperti apa. Di satu sisi, opium menjadi bagian esensial dari ekonomi beberapa provinsi.
Namun di sisi lain, opium dianggap haram, dan bertentangan dengan kepercayaan mereka. Namun, mujahidin memilih candu. Perdagangan opium dilakukan dan dimanfaatkan untuk kebutuhan militer.
Warga desa didorong untuk menanam dan meningkatkan panen opium hingga dua kali lipat. Fatwa pun dikeluarkan yang membenarkan penanaman opium demi melawan para soviet kafir.
Dan akhirnya, perdagangan opium malah melegitimasi mujahidin karena mampu mensejahterakan rakyat. Setelah Soviet pergi pada tahun 1988, beberapa faksi mujahidin mulai saling berebut kekuasaan.
Sementara itu, sebuah kelompok baru terbentuk. Kelompok yang berkehendak untuk menyucikan ajaran Islam di Afghanistan. Kelompok ini adalah Taliban.
Sekilas, Taliban terlihat sebagai kelompok yang paling lemah. Namun, para pemimpin mujahidin sendiri mulai kehilangan dukungan dari penduduk setempat yang memanen opium mereka.
Di provinsi Helmand misalnya, kelompok yang dipimpin oleh Ghaffar Akhundzada yang kerap mengeksploitasi petani opium, dan menghukum mereka dengan kejam apabila tidak memenuhi kuotanya.
Warga setempat melihat Taliban sebagai alternatif yang lebih baik dibandingkan kelompok Akhundzada. Setelah kampanye militer selama 2 bulan, Taliban berhasil mengambil alih Helmand.
Awalnya Taliban memutuskan untuk melarang seluruh kegiatan penanaman opium. Namun, larangan tersebut hanya menggoyahkan kekuasaan mereka atas wilayah Helmand, dan membuka kesempatan untuk kelompok-kelompok lain untuk mengambil alih.
Oleh karena itu pada tahun 1996, larangan penanaman opium dihilangkan. Dan dengan itu, produksi opium di Afganistan meningkat pesat. Dari 3400 ton pada tahun 1994 menjadi 4600 ton pada tahun 1999. Pada masa ini, Taliban menerima 45 hingga 200 juta dolar setiap tahunnya.
Sebenarnya, Taliban juga mendapat penghasilan dari menyelundupkan barang yang sudah cukup untuk menutupi operasional mereka. Namun dengan membiarkan masyarakat menumpukkan opium mereka, mereka dapat mendapatkan dukungan serta popularitas.
Baca juga: Indonesia Bersikeras Ingin Menjadi Tuan Rumah Olimpiade?
Pada tahun 2000, Taliban kembali melarang penanaman opium. Penanaman menurun dari 80.000 hektar menjadi 8000 hektar. Dan pasokan opium di seluruh dunia menurun sebesar 75%. Terdapat dua alasan mengapa Taliban mengambil keputusan beresiko ini.
Yang pertama, pengakuan internasional.
Selain Pakistan, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi. Rezim Taliban tidak diakui oleh komunitas internasional. Taliban berharap dengan mengurangi produksi opium, mereka dapat memperoleh legitimasi dari PBB. Tentunya, hal tersebut tidak terjadi.
Dan alasan yang kedua, adalah monopoli.
Larangan penanaman opium meningkatkan harga opium dari $28 per kilo menjadi $400 per kilo. Hal ini sangat menguntungkan Taliban yang sebenarnya sudah menimbun cadangan opium. Alhasil, meski lebih sedikit, mereka tetap dapat memasok opium cadangan dengan harga yang lebih tinggi.
Meski demikian, kebijakan ini berdampak pada masyarakat yang dulunya menanam opium. Banyak dari mereka yang kehilangan mata pencaharian dan tidak bisa membayar hutang atau menafkahi keluarganya.
Sebagian dari mereka melarikan diri ke Pakistan. Dan sebagian yang menetap justru memilih untuk mengambil pihak kelompok-kelompok anti-Taliban.
Pasca kejadian 9/11 dan dengan pasukan Amerika Serikat segera datang, Taliban menyadari bahwa mereka memerlukan dukungan massal. Oleh karena itu, tanaman opium kembali diperbolehkan.
Tetapi bagi mereka, semuanya sudah terlambat. Amerika Serikat dengan cepat menggulingkan rezim Taliban. Tentunya, beberapa tahun mendatang Taliban perlu dana untuk melawan Amerika.
Dan di sinilah opium kembali dilegalkan. Kini di tahun 2021 setelah mengambil kembali Afganistan, harga opium naik tiga kali lipat, dan masih menjadi sumber penghasilan bagi kebanyakan warga setempat.
Masa depan negara ini tampak buram. Akankah Taliban melarang opium? Atau akankah mereka melegalkannya lagi? Apapun yang terjadi ke depannya, Afganistan tetap akan termakan candu.
Post a Comment for "Sejarah Opium dan Hubungannya dengan Afghanistan Dari Masa Perang Soviet-Afghanistan Hingga Sekarang"