Sisi Gelap Dari Mustafa Kemal Atatürk: Mengubah Ideologi Islam Menjadi Ideologi Sekuler
Ketika Anda berkunjung ke Turki, ada kemungkinan Anda akan singgah di Bandara Udara Sabiha Gökçen. Nama ini merujuk pada pilot tempur wanita pertama di dunia yang juga merupakan anak angkat dari Presiden Pertama Turki, Mustafa Kemal Atatürk.
Ini merupakan salah satu contoh upayanya untuk memajukan Republik Turki. Selama masa kekuasaannya, kesetaraan gender, militer yang kuat, serta efektifitas aparatur pemerintahan sangat diperjuangkan oleh Atatürk.Ideologi Sekulerisme Mulai Dikembangkan
Atatürk memiliki sisi gelap. Dari awal mengambil kekuasaan hingga wafatnya pada 1938, Atatürk turut melakukan berbagai manuver politik licik dan otoriter. Artikel ini akan membahas sisi negatif tersebut.
Mustafa Kemal tidak dapat memerdekakan Turki sendirian. Ia memerlukan sekutu yang kuat untuk menghadapi Yunani, Inggris serta rekan-rekannya. Tidak menutup kemungkinan
bahwa sekutu dari Mustafa Kemal datang dalam bentuk yang tidak diduga.
Yaitu mereka yang bertentangan secara ideologi dengan dirinya. Untuk itu, dia harus mendapat dukungan dari tiga pihak. Uni Soviet, kaum Muslim di India dan sesama perwira militer.
Ketika berhadapan dengan Uni Soviet, dia mempresentasikan dirinya sebagai sosialis yang dapat diandalkan untuk melawan imperialisme Barat.
Dari diplomasi ini, dia mendapat bantuan finansial dan persenjataan. Bertolak belakang sebagai sosialis, dia mempresentasikan dirinya
sebagai penyelamat Sultan dan Kekaisaran Ottoman bagi pemerintahan di Ankara dan kaum Muslim India.
Dari sini, kaum Muslim di India bahkan menyumbangkan 100,000 keping emas di tahun 1922. Atatürk mengatakan bahwa demi menyelamatkan Turki, kesultanan dan kekhalifahan harus menjadi dua institusi yang berbeda.
Hal ini dilakukan untuk mencegah terulangnya Perjanjian Sèvres yang ditandatangani secara unilateral oleh Sultan Mehmet VI. Namun tetap menyediakan kursi khalifah bagi si mantan Sultan.
Ketika dia mencapai kekuasaannya sebagai Presiden di tahun 1923, ada banyak janji yang harus dipenuhi. Uni Soviet sangat mengharapkan bahwa Republik Turki akan menjadi negara pro-Soviet yang berlandaskan sosialisme.
Di saat yang sama, kaum Muslim di seluruh Tunika mendambakan khilafah untuk tetap dipertahankan. Meskipun tanpa Kekaisaran Utsmaniyah.
Dan lebih pentingnya lagi, rekan-rekan seperjuangan Mustafa Kemal akhirnya berharap akan pemerintahan yang demokratis dan egaliter. Namun, satu per satu dari janji ini, diingkar oleh Mustafa Kemal.
Pada tahun 1924, Mustafa Kemal merasa bahwa dukungan dari kaum Muslim dari India sudah tidak diperlukan. Bahkan menjadi potensi akan intervensi asing bagi politik nasional Turki.
Pada 3 Maret 1924, dia membubarkan Kekhilafahan Ottoman. Protes dari India, Pakistan, Mesir dan Afganistan merebak karena merasa dikhianati.
Pada tahun 1928 pun, pemimpin dari Partai Komunis Turki, Mustafa Suphi beserta rekan-rekan, dibunuh secara keji. Sementara pelakunya tidak diadili.
Dan harapan rekan seperjuangannya akan perubahan yang demokratis pun hambar ketika Mustafa Kemal malah menunjukan karakter.
Kecewa dengan otoritarianisme Atatürk, empat orang yaitu: Kâzım Karabekir, Ali Fuat Cebesoy,
Refet Bele dan Rauf Orbay membentuk partai oposisi di tahun 1924, bernama “Progressive Republican Party."
Refet Bele dan Rauf Orbay membentuk partai oposisi di tahun 1924, bernama “Progressive Republican Party."
Hanya dalam kurun waktu satu tahun saja,
partai yang didirikan ini dapat mendapatkan popularitas yang sangat signifikan. Saking populernya partai oposisi ini di masyarakat, bahkan partai yang didirikan Mustafa Kemal Atatürk pun, yang bernama "Republican People's Party" merasa terancam dan mencari segala cara untuk menekan pengaruh dari pendatang baru ini.
Kesempatan datang pada tahun 1925 Di bagian timur Turki, sebuah pemberontakan dilakukan oleh suku Kurdi yang mendesak hak-hak beragama dan budaya bangsa Kurdi, serta pendirian kembali khilafah.
Pemberontakan ini menjadi kesempatan bagi pemerintahan yang kemudian memberlakukan
“Restoration of Order Law." Di bawah peraturan ini, pemerintahan memiliki kekuasaan untuk melakukan apa saja demi menjaga stabilitas.
Pemberontakan dari Syekh Said pun diberangus. Syekh Said beserta pengikutnya dihukum mati secara gantung. Sayangnya, hukum ini juga dijadikan dalih bagi pemerintahan untuk membubarkan partai oposisi, "Progressive Republican Party" pada 3 Juni 1925. Atau kurang setahun dari diresmikan.
Kebebasan pers juga tidak luput dari represi pemerintahan. Berbagai koran yang kritis bagi pemerintahan seperti "Vatan" pun dibredel.
Pemberontakan suku Kurdi juga digunakan oleh pemerintahan untuk mempercepat sekularisasi pemerintahan.
Pemberontakan suku Kurdi juga digunakan oleh pemerintahan untuk mempercepat sekularisasi pemerintahan.
Penghapusan sistem islam menjadi sistem sekuler
Di tahun 1928, agama Islam yang selama berabad-abad menjadi agama resmi dihilangkan dari konstitusi. Dengan demikian, hukum serta pengadilan Syariah digantikan dengan hukum sipil, pidana, dan komersial ala Swiss, Italia, dan Jerman.
Sekolah-sekolah keagamaan turut dirombak
dengan kurikulum sekuler. Seketika juga, Turki dibawah Mustafa Kemal terlihat serupa dengan bangsa Eropa lainnya. Kecuali dalam hal demokrasi.
dengan kurikulum sekuler. Seketika juga, Turki dibawah Mustafa Kemal terlihat serupa dengan bangsa Eropa lainnya. Kecuali dalam hal demokrasi.
Meskipun demikian, pemerintahan Mustafa Kemal juga mengejar kesetaraan gender dengan menghapuskan poligami, mendorong wanita untuk mendapat pendidikan karir, serta hak cerai dari suaminya.
Pada tahun 1930, Mustafa Kemal mendorong dibentuknya partai oposisi selain pemerintahan. Dan permintaan ini diikuti oleh mantan Perdana Menteri Turki, Ali Fethi Okyar yang membentuk "Free Republican Party" (FRP).
"Free Republican Party" bekerja dengan sangat giat untuk mendengarkan aspirasi masyarakat. Lagi-lagi mereka mendapatkan temuan yang sama. Bahwa masih banyak masyarakat Turki yang sebenarnya tidak puas dengan kebijakan pemerintahan. Baik dari segi ekonomi, bahkan sosial.
Partai FRP pun mulai menjalankan kritikannya secara lancang terhadap pemerintahan. Lagi-lagi partai oposisi ini dinilai mengancam ideologi sekularisme negara dan dibubarkan pada Desember 1930 setelah hanya empat bulan berdiri.
Lebih parahnya lagi, terjadi sebuah insiden di kota Menemen pada tahun 1930. Seorang perwira muda bernama Mustafa Fehmi Kubilay, tengah mencoba menenangkan sebuah protes dari kaum Muslim konservatif yang menentang sekularisasi Turki.
Kubilay, yang tidak membawa senjata kemudian ditembak dan dipenggal di hadapan banyak demonstran. Peristiwa ini meneror seluruh negeri dan secara cepat dijadikan alat propaganda oleh pemerintahan bahwa Turki mungkin belum siap dengan demokrasi.
Mantan petinggi dari "Free Republican Party" serta figur oposisi pun kerap dicap
sebagai pendukung insiden Menemen apabila berani mengkritik pemerintahan.PDan dengan demikian, tidak ada pihak yang berani melawan dominasi Mustafa Kemal.
Pada tahun 1937, lagi-lagi terdapat pemberontakan di Provinsi Dersim. Kali ini, Atatürk merespon dengan cara yang lebih brutal. Di bawah perintah dan pengawasannya, warga sipil termasuk perempuan dan anak-anak turut dibunuh meskipun ketika mereka tidak melawan.
Sebagian dari mereka dibunuh secara keji, seperti dibakar hidup-hidup hingga dihujani oleh bom dari Angkatan Udara, di mana Sabiha Gökçen terlibat. Senjata kimia turut digunakan untuk menumpas.
Mereka yang selamat, segera ditangkap dan diasingkan. Pada akhir dari konflik ini, diperkirakan antara 11,000 - 40,000 orang kehilangan nyawa. Setelah pembantaian di Dersim, masalah kesehatan yang dimiliki Mustafa Kemal Atatürk menjadi semakin parah.
Hal ini disebabkan karena jam kerja yang padat Hingga kebiasaan merokok dan meminum alkoholnya. Pada tahun 1938, Mustafa Kemal Atatürk menghembuskan nafas terakhirnya.
Sumber:
1. Why Turkey is Authoritarian (Karya Halil Magnus Karaveli)
2. Islam and Secularism in Turkey Kemalism, Religion and the Nation State (Karya Umut Azak)
3. Mustafa Kemal and the Indian Khilafat Movement (Karya Raj Kumar Trivedi)
4. Religious Ties For Peace: India’s Support in the Turkish War of Independence (Orhan Koloğlu).
5. Hipotesa
Post a Comment for "Sisi Gelap Dari Mustafa Kemal Atatürk: Mengubah Ideologi Islam Menjadi Ideologi Sekuler"