Cinta Tak Harus Memiliki Dalam Islam
Perkara hati memang membingungkan. Yang kadang tak terduga muncul benih-benih cinta. Entah dari mana perasaan ini? Makin hari, rasanya makin ingin bersamanya. Mengungkapkan isi hati yang terpendam begitu dalam. Menghabiskan waktu dan membangun masa depan dengannya.
Walau aku tau semua itu hanya angan-angan belaka. Kamu begitu sempurna untukku dan aku sadar siapa aku. Hanyalah seorang pria yang hatinya mengalir tinta hitam. Namun, aku yakin suatu saat nanti kita bisa menjalin kasih dalam ikatan suci dengan keridhoan illahi.
Kadang air keluar setetes demi setetes membasahi pipi, menuliskan warna warni dirinya. Dengan kesadaran penuh kalau ini hanyalah semu. Lonjakan pikiran dan hati nurani hanya menjadi sekumpulan puisi yang tak berarti. Mencari jati diri terhadap cinta sejati.
Anak muda demi mendapat apa yang diinginkan bisa melakukan berbagai cara apalagi kalau sudah menyinggung perihal cinta. Dia mungkin akan berjuang untuk mendapatkanmu, mulai dari tebar pesona, pendekatan buaya, beri hadiah hingga gombalan maut walau terkesan alay. Karena, cinta itu buta. Baru melek kalau sudah menjalani.
Bahkan, ada yang lebih fantastis. Sampai mendatangi orang pintar (katanya) alias dukun buat merebut hatinya. Nauzubillah... ada apa dengan virus ini? Iya dong, aku rela melakukan apapun demi bersamanya. Kalau bisa, lautan pun aku sebrangi "ujarnya".
Karena, aku tak bisa tanpanya, dia itu milikku dan banyak lagi doktrin virus merah jambu ini yang kian menyebar dengan dampak yang begitu besar. Entah siapa yang memulai doktrin yang satu ini. Dengan doktrin itu, menjadi salah satu daya juang buat mendapatkan wanita impiannya.
Tidak jadi masalah kalau itu dijadikan sebagai dalih memperjuangkannya dengan niat mencari pasangan hidup, bukan buat pasangan sesaat. Walau cintanya sudah jelas-jelas bertepuk sebelah tangan, eh dianya masih ngotot buat dapatkan si dia, karena termakan doktrin cinta buta. Yang jadi korban pun resah, apalagi kamu yang memang bukan kriterianya.
Lalu, benarkah demikian kita sebagai muslim mengartikan cinta buta itu? Jelas tidak. Setidaknya, cinta itu landasannya ridho Allah, berusaha menyenangkan orang yang kita cintai dan senantiasa melindungi kehormatannya.
Seperti yang sudah kita bahas sebelumnya, kalau tertarik kepada doi adalah hal wajar dan nggak ada masalah. Namun, jangan sampai perasaan itu membuat dia tertekan ditambah dengan unsur pemaksaan. Bisa jadi kebahagiaan dia bukan untuk kita dan memang rasanya sangat berat melepaskan rasa yang kini ada.
Jika dia dengan orang dan aktivitas yang tepat, maka itulah yang terbaik buatnya. Tenang saja jomblo, karena PBB menyebutkan bahwasanya tahun 2021 populasi pria diperkirakan 3,97 miliar atau kisaran 50,42%. Sedangkan, wanita 49,58% atau 3,90 miliar jiwa. Untuk itu, nggak usah takut bin galau belum ada pasangan.
Cinta Salman Al-Farisi yang Tertolak
Nah, ada salah satu kisah menarik dari seorang sahabat dimasa Rasulullah. Salah satu sahabat yang ahli dalam peperangan. Pernah satu waktu beliau membuat rencana strategi perang, pada saat itu perang khandaq dengan Rasulullah, yakni strategi menggali parit. Akhirnya umat muslim mendapatkan kemenangannya.Namanya Salman Al-Farisi salah seorang sahabat rasul. Ia kepikiran mau menikahi wanita dari kalangan anshar. Salman menceritakan keresahannya kepada Abu Darda' kalau ia ingin menjadikan wanita itu sebagai pendamping hidupnya. Dan meminta kepadanya agar bisa mendampinginya saat lamaran.
Singkat cerita, mereka pun mendatangi rumah wanita tersebut untuk menyampaikan niat baiknya, yakni melamar. Sesampainya disana, Salman Al Farisi meminta kepada Abu Darda menyampaikan niat baiknya kalau kedatangannya kesana ingin melamar anaknya.
Wah, sebuah kehormatan pastinya didatangi 2 sahabat dekat nabi ditambah lagi ingin mempersunting putrinya. Namun, orang tuanya tak langsung menerimanya. Walau yang datang sahabat Rasul, orang tuanya tetap meminta persetujuan dari putrinya. Sehingga, ia harus bertanya dulu pendapat putrinya tentang lamaran itu.
Hingga akhirnya, ibunya berkata (mewakili sang putri) "maaf, kami perlu berterus terang". Perkataan itu membuat keduanya begitu tegang menanti kata demi kata. "Mohon maaf, kalau putri kami menolak lamaran Salman". Jawaban yang membuat hati siapa saja bisa hancur, tapi Salman tetap tenang dan tegar.
Tak berakhir disitu, ibunya kembali melanjutkan jawabannya "Namun, kalian datang berdua dan mengharapkan ridho Allah. Putri saya setuju dan menjawab iya, kalau Abu Darda' mempunyai niat dan keinginan sama seperti Salman".
Cinta yang bertepuk sebelah tangan. Wanita idaman dari seorang Salman Al Farisi dan wanita yang karenanya meminta bantuan kepada Abu Darda untuk meminangnya. Namun, apa jadinya? Ia justru memilih Abu Darda yang sekedar menemaninya.
Reaksi Salman bagaimana? Apakah dia kesal sudah membawa orang yang salah? Atau menyebut Abu Darda sebagai pelakor? Tidak sama sekali. Bahkan, kebesaran jiwa Salman dan mempersilahkan Abu Darda menikahi wanita itu. Tak hanya itu, juga mempersiapkan mahar dan perlengkapan yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Juga menjadi saksi pernikahan sahabatnya.
Begitulah kita bisa mengambil hikmah dari kisah cinta Salman Al-Farisi, bagaimana ia memaknai cinta. Kalau cinta tak harus memiliki, sesayang apapun kita dengan dia. Tapi, jika dia bukan jodoh, maka relakan, lepaskan dan ikhlaskan. Yakin, Allah pasti punya skenario terbaik atas kisah cinta kita.
Walaupun dalam situasi dan kondisi yang sulit untuk kita terima. Belajar bahwa semua ini hanya titipan, si doi pun hanya perjalanan sesaat. Jangan sampai rasa memiliki membuat kita lupa akan hal itu. Istri, anak dan keluarga hanyalah titipan. Kita hanya perlu menjaganya dengan sebaik baiknya sebelum mengembalikannya. (Baca juga: hijrah cinta)
Jatuh cinta itu sakit
Namanya jatuh, yah jelas sakit. Makanya, jangan berlebihan dalam mencintainya, apalagi kalau ia hanya mahluk. Kalau ingin mendapatkannya, maka cintailah pemilik makhluknya. Jangan tergesah gesah, seperti dikejar si guk-guk. Hati-hati nanti digigit.Tetap tenang dalam mengambil dan mempertimbangkan resiko kedepannya. Jangan sampai cintamu berakhir dengan luka. Dan sebenarnya, masih banyak cinta lainnya yang kadang tidak kita hiraukan. Seperti, cinta orang tua, saudara dan keluarga.
Namun, kenapa kita lebih cinta kepada dia? Bahkan, rela menghabiskan uang, tenaga dan waktu untuk membahagiakannya yang jelas-jelas belum tentu bersamanya. Tapi, kasih sayang kepada orang tua dibagi 1/4. Katanya kepada doi "aku tak bisa hidup tanpamu", hee, kata-kata yang sangat munafik.
Hati-hati dengan hati, karena hati bisa tersakiti oleh hati yang tak hati-hati.Dari sekarang kita belajar, walau tak bisa bersamanya bukan berarti semua ini berakhir. Ini bisa kita lalui. Belajarlah meninggalkan, menerima dan mengikhlaskan. Jadilah orang yang tangguh, berprinsip dan berkualitas. Bukan dia yang terus dikendalikan cinta.
Siapkan hati yang lapang, menerima penolakan dan sabar menghadapi cobaan. Lalu, dorong dengan prinsip yang kita miliki. Cwk itu banyak, dari pada ngejar-ngejar mending tingkatkan kualitas diri dengan passion atau pekerjaan. Dengan itu, bukan kita lagi yang ngelirik tapi mereka akan datang dengan sendirinya.
Satu lagi, cintai pemilik hati yakni Allah dan rasulnya. Karena pada akhirnya kita akan bersama orang yang benar-benar kita cintai. Lalu, setelah keduanya maka cintailah diri kita sendiri.
Fokus dengan diri sendiri, meningkatkan kualitas diri dan jodohpun berdatangan.
Post a Comment for "Cinta Tak Harus Memiliki Dalam Islam"