Kita Ini Pendosa Yang Dicintai Allah
Kita sekarang berada pada generasi Z dengan perkembangan teknologi yang luar biasa ditambah lagi kehadiran virus yang mengharuskan kita dirumah. Sehingga, perkembangan teknologi digital jauh lebih cepat dibanding perkiraan. Hal itu mendorong para remaja ikut berseliweran di dunia maya. Aktivitas sehari-hari bahkan pribadi justru menghiasi linimasa medsosnya tanpa tau malu.
Nggak masalah sih kalau yang dilakukannya hal bermanfaat dan menginspirasi. Namun yang menjadi masalah ketika hal tersebut merugikan dirinya dan orang lain. Misalkan, pamer kekayaan padahal hidupnya pas-pasan. Mengumbar aurat yang membuat orang lain ingin, haha. Pamer pacar yang membuat jiwa jomblo menggebu gebu. Atau kemaksiatan lainnya yang berpeluang menjadi dosa jariyah.
Dosa Kok Dianggap Biasa?
Aku, kamu dan mungkin kita tak bisa lepas dari perbuatan dosa. Pasti ada saja kelakuan kita yang melenceng dari syariat Allah. Kita sudah tau kalau berbuat dosa itu nggak baik dan itu masalah. Baik itu dihadapan manusia apalagi dengan sang pencipta. Namun, terkadang dosa disepelekan dengan statement "semua orang punya dosanya masing-masing".Ya, betul. Kita mungkin sering melakukan kesalahan yang sama berulang kali. Namun, jangan menganggap kalau dosa itu hal yang biasa. Apalagi jika merasa ada yang kurang kalau tak melakukan dosa. Seperti jeruk yang dimakan hanya kulitnya, pahittt.
Kenapa sih, dosa itu dianggap sebelah mata, eaa. Alias dosa seringkali diremehkan? Mungkin ini beberapa pemicunya.
Pertama, bangga dengan dosa. Nakal dikit nggak masalah kali ya? Hmm... kayaknya sih kelihatan keren. Nongki-nongki di pinggir jalan sambil menghisap rokok dengan secangkir kopi, nikmatnya hidup. Mungkin kecepatan punya batasan, tapi harapan untuk menang tak pernah terbatas ~quotes by nak racing.
Balapan liar di usia muda memang keren, tapi perlu kita ingat kalau masa muda cuma sekali. Waktu tidak bisa kita beli, masa sih kita mengambil resiko besar demi hal sesaat?
Sama seperti fashion yang kini digemari remaja, salah satunya celana bolong-bolong. Harganya mahal lagi, haha. Katanya sih keren, padahal itu gaya barat dan melanggar syariat, karena menampakkan aurat.
Kedua, terlalu sering bermaksiat. Kebiasaan itu muncul karena aktivitas yang berulang-ulang, sehingga otak merekamnya. Hati-hati dengan kondisi dimana kita sering melakukan hal yang haram, jangan sampai kita mengabaikan yang halal.
Awalnya merasa bersalah banget ketika bermaksiat, tapi lama kelamaan rasa bersalahnya tak dihiraukan. Muncullah berbagai godaan setan, yah nggak masalah asal bisa jaga diri, nakal dikit mah biasa, masih remaja kok, nikmati masa mudamu dengan kesenangan dan hal lainnya.
Jaga diri katanya. Baru lihat perempuan cantik dikit plus umbar aurat, membuat jakun kaum adam naik turun bagai rolling coaster kecepatan cahaya. Mungkin kedengarannya lebay ya, tapi rata-rata sih demikian. Nikmati masa mudamu dengan kesenangan, nanti aja kalau tua baru taat, Allah juga maha pemaaf kok. Malaikat pencabut nyawa nggak bosan loh datang 70 kali tiap hari menatap kita.
Ketiga, kampanye dosa. Buka medsos dikit, sering kita lihat remaja atau siapapun mengumbar maksiat, baik dari segi penampilan, aktivitas dan opini. Gaya penampilan yang kian menawan dengan bahan tipis dan ketat bagai daging di tengah hutan. Sisa harimau yang sudah mengambil ancang-ancang untuk menyantapnya.
Menarik perhatian dan dominan dilakukan oleh seseorang. Karena itu, orang lain juga ikut-ikutan seperti mereka, untuk apa? Juga ingin menarik perhatian lawan jenisnya. Sedangkan, dengan pakain syar'i dikucilkan dengan berbagai statement. Nggak trend. Apaan sih, budaya arab kok dibawa bawa. Kamu radikal ya? Haha.
Dosa memang hal yang sulit buat dihindari, belum lagi kalau lingkungan yang kurang mendukung. Namun, jangan jadikan itu sebagai alasan, karena pada dasarnya kita bisa mengatur diri kita sendiri untuk tetap teguh dalam pendirian.
Baca juga: harus waspada teman toxic, bahaya!!
Akibat yang ditimbulkan dari perbuatan dosa atau maksiat yang kita lakukan juga bermacam-macam. Yang pastinya, tak jauh dari kata negatif.
Pertama, dosa itu nagih. Jangan main-main dengan dosa, karena dia itu seperti narkoboy... nagih betul. Awalnya coba-coba, eh keenakan... akhirnya keterusan. Penyesalan Pun terus berlanjut dan kian memudar. Akhirnya terus-terusan buat dosa. Jangan sampai hati kita tertutup dengan banyaknya maksiat yang kita lakukan.
Jangan sampai kita terbiasa dengan dosa hingga menghilangkan penyesalan ketika melakukannya. Sudah tak ada lagi kata malu atau bersalah pada saat melakukannya, karena hati kita sudah hitam pekat. Akhirnya, titik putih pun sudah nggak kelihatan.
Kedua, dosa membuat nggak tau malu. Begitu banyak hadits yang menyinggung tentang perilaku kita dan rasa malu yang sangat berkesinambungan dengan keimanan. Semakin taat seseorang kepada Allah, maka ia semakin malu dan enggan bermaksiat. Sama Allah yang tidak dilihat aja malu, bagaimana dengan manusia. Jadi, dosa akan mengikis rasa malu yang ada dalam diri kita.
Jika rasa malu sudah hilang. Nggak puasa. Nggak sholat. Zina terus. Minum khamr. Perkataan menyakiti hati dan perilaku yang Allah larang. Rasulullah berkata “Jika kamu tidak memiliki rasa malu, berbuatlah sesukamu,” (HR. Bukhari).
Ketiga, dosa itu tiket neraka. Seharusnya kita senantiasa bertaubat atas perilaku buruk yang kita lakukan. Siapa sih yang mau masuk neraka? Sama halnya dengan, siapa sih yang nggak mau jadi kaya? Ets, kerjaanya cuman rebahan, nonton film seharian, main game hingga larut malam dan semacamnya. Bagaimana mau kaya kalau mimpi tak dibarengi usaha.
Begitu juga jika kita mau tiket surga, maka usaha apa yang kita lakukan untuk mendapatkan tiket tersebut. Tiket surga itu beda, butuh usaha dan perjuangan. Dan tiketnya pun ada yang VIP, ada juga yang biasa. Kalau VIP lebih nyaman nyampe dengan pelayanan yang super istimewah, orangnya pun tak sebanyak yang reguler. Berbanding terbalik dengan yang biasa, sisa kita memilih yang mana?
Dosa memang tidak kita lihat, tapi bukan berarti dosa itu nggak ada. Kita sebagai muslim percaya dengan iman dan akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang selama ini kita lakukan. Untuk itu, jangan meremehkan dosa. Walau itu dosa kecil, karena bisa saja dosa kecil akan berkembang pesat.
Hal yang bisa kita lakukan agar bisa membangun benteng keimanan agar kuat menghadapi virus maksiat diluar sana:
Pertama, selalu beristigfar. Kita ini pendosa, bukan malaikat yang tak mempunyai nafsu. Namun, bukan berarti dengan alasan itu menghalalkan yang haram. Untuk itu usahakan agar setiap saat kita mengingat Allah, mengingat dosa-dosa kita dan selalu menyesali apa yang pernah kita lakukan.
Kedua, upgrade pahala. Banyak dosa, sedikit pahala? Jika mau menutupi dosa yang kita lakukan, maka perbanyak amal sholeh. Amal sholeh nantinya mendorong kita untuk melakukan kebaikan lainnya dan memudahkan kita mendapat rahmat, juga ampunan Allah.
Ketiga, takut pada Allah. Kita berbuat dosa, rata-rata karena ketakutan pada Allah yang masih kurang. Itu kenapa kita perlu menumbuhkan rasa takut terhadap tindakan buruk kita. Itu yang nantinya menjadi pondasi dan menjauhkan kita dari maksiat.
Kalau takut pada mahluk, yah sudah biasa. Takut ke gep ngerokok, takut ketahuan berzina, takut kena razia rambut. Kalau nggak ada yang lihat mah, gass aja terus. Tapi, kalau konteksnya sudah sama yang diatas, itulah keimanan yang sesungguhnya.
Keempat, ngaji. Bukan hanya soal membaca Al-Quran, tapi bagaimana kita mengkaji islam. Kalau sekedar membaca, tanpa memahami apa yang kita baca, untuk apa? Memang pahala ngalir, tapi tak bisa membangun keimanan.
Maka, kita perlu memahami perilaku dan perintah/larangan Allah dengan mengkaji agamanya. Sehingga, seperti yang sudah kita bahas. Bahwa itu nantinya akan memperdalam keimanan kepada Allah.
Kelima, bertaubat. Sependosa pendosanya seorang pendosa, kalau ia sudah kembali (bertaubat) kepada Allah, InsyaAllah Allah mengampuninya dan punya jalan terbaik atas hambanya ini. Jangan putus asa atas rahmatnya Allah, asal jangan dengan persepsi kalau Allah itu maha pengampun, kita bisa mengulangi dosa yang sama. Toh, nantinya bisa taubat kok! Eh, ingat sutena... jangan sampai kamu terbangun di kegelapan bersama malaikat.
Akibat yang ditimbulkan dari perbuatan dosa atau maksiat yang kita lakukan juga bermacam-macam. Yang pastinya, tak jauh dari kata negatif.
Pertama, dosa itu nagih. Jangan main-main dengan dosa, karena dia itu seperti narkoboy... nagih betul. Awalnya coba-coba, eh keenakan... akhirnya keterusan. Penyesalan Pun terus berlanjut dan kian memudar. Akhirnya terus-terusan buat dosa. Jangan sampai hati kita tertutup dengan banyaknya maksiat yang kita lakukan.
Jangan sampai kita terbiasa dengan dosa hingga menghilangkan penyesalan ketika melakukannya. Sudah tak ada lagi kata malu atau bersalah pada saat melakukannya, karena hati kita sudah hitam pekat. Akhirnya, titik putih pun sudah nggak kelihatan.
Kedua, dosa membuat nggak tau malu. Begitu banyak hadits yang menyinggung tentang perilaku kita dan rasa malu yang sangat berkesinambungan dengan keimanan. Semakin taat seseorang kepada Allah, maka ia semakin malu dan enggan bermaksiat. Sama Allah yang tidak dilihat aja malu, bagaimana dengan manusia. Jadi, dosa akan mengikis rasa malu yang ada dalam diri kita.
Jika rasa malu sudah hilang. Nggak puasa. Nggak sholat. Zina terus. Minum khamr. Perkataan menyakiti hati dan perilaku yang Allah larang. Rasulullah berkata “Jika kamu tidak memiliki rasa malu, berbuatlah sesukamu,” (HR. Bukhari).
Ketiga, dosa itu tiket neraka. Seharusnya kita senantiasa bertaubat atas perilaku buruk yang kita lakukan. Siapa sih yang mau masuk neraka? Sama halnya dengan, siapa sih yang nggak mau jadi kaya? Ets, kerjaanya cuman rebahan, nonton film seharian, main game hingga larut malam dan semacamnya. Bagaimana mau kaya kalau mimpi tak dibarengi usaha.
Begitu juga jika kita mau tiket surga, maka usaha apa yang kita lakukan untuk mendapatkan tiket tersebut. Tiket surga itu beda, butuh usaha dan perjuangan. Dan tiketnya pun ada yang VIP, ada juga yang biasa. Kalau VIP lebih nyaman nyampe dengan pelayanan yang super istimewah, orangnya pun tak sebanyak yang reguler. Berbanding terbalik dengan yang biasa, sisa kita memilih yang mana?
Dosa memang tidak kita lihat, tapi bukan berarti dosa itu nggak ada. Kita sebagai muslim percaya dengan iman dan akan dimintai pertanggungjawaban atas perbuatan yang selama ini kita lakukan. Untuk itu, jangan meremehkan dosa. Walau itu dosa kecil, karena bisa saja dosa kecil akan berkembang pesat.
Hal yang bisa kita lakukan agar bisa membangun benteng keimanan agar kuat menghadapi virus maksiat diluar sana:
Pertama, selalu beristigfar. Kita ini pendosa, bukan malaikat yang tak mempunyai nafsu. Namun, bukan berarti dengan alasan itu menghalalkan yang haram. Untuk itu usahakan agar setiap saat kita mengingat Allah, mengingat dosa-dosa kita dan selalu menyesali apa yang pernah kita lakukan.
Kedua, upgrade pahala. Banyak dosa, sedikit pahala? Jika mau menutupi dosa yang kita lakukan, maka perbanyak amal sholeh. Amal sholeh nantinya mendorong kita untuk melakukan kebaikan lainnya dan memudahkan kita mendapat rahmat, juga ampunan Allah.
Ketiga, takut pada Allah. Kita berbuat dosa, rata-rata karena ketakutan pada Allah yang masih kurang. Itu kenapa kita perlu menumbuhkan rasa takut terhadap tindakan buruk kita. Itu yang nantinya menjadi pondasi dan menjauhkan kita dari maksiat.
Kalau takut pada mahluk, yah sudah biasa. Takut ke gep ngerokok, takut ketahuan berzina, takut kena razia rambut. Kalau nggak ada yang lihat mah, gass aja terus. Tapi, kalau konteksnya sudah sama yang diatas, itulah keimanan yang sesungguhnya.
Keempat, ngaji. Bukan hanya soal membaca Al-Quran, tapi bagaimana kita mengkaji islam. Kalau sekedar membaca, tanpa memahami apa yang kita baca, untuk apa? Memang pahala ngalir, tapi tak bisa membangun keimanan.
Maka, kita perlu memahami perilaku dan perintah/larangan Allah dengan mengkaji agamanya. Sehingga, seperti yang sudah kita bahas. Bahwa itu nantinya akan memperdalam keimanan kepada Allah.
Kelima, bertaubat. Sependosa pendosanya seorang pendosa, kalau ia sudah kembali (bertaubat) kepada Allah, InsyaAllah Allah mengampuninya dan punya jalan terbaik atas hambanya ini. Jangan putus asa atas rahmatnya Allah, asal jangan dengan persepsi kalau Allah itu maha pengampun, kita bisa mengulangi dosa yang sama. Toh, nantinya bisa taubat kok! Eh, ingat sutena... jangan sampai kamu terbangun di kegelapan bersama malaikat.
Post a Comment for "Kita Ini Pendosa Yang Dicintai Allah"