Setan Bilang: "Gpp Kok, Cuma Chattingan!"
Pernah nggak sih, nasehatin teman yang diem-diem chatting mesra dengan lawan jenis? Mereka seringkali berdalih, "Halah, gpp, cuma chattingan doang kok. Nggak pacaran, nggak berduaan, nggak berzina,". Atau jangan-jangan, kamulah yang suka berdalih kayak gitu?
Hmm... jadi ingat sebuah petikan wawancara yang viral, "Awalnya coba-coba, lama-lama lha kok enak. Besoknya balik lagi, lha kok makin enak.... dst". Tahu ending-nya kan?
Begitulah siklusnya orang kalau sudah kecanduan sama sesuatu yang buruk. Awalnya memang nggak ada niatan sama sekali untuk mengarah ke zina. Tapi ingat apa kata Bang Napi. Bahwa kejahatan tidak hanya terjadi karena ada niat dari pelakunya, tapi juga karena adanya kesempatan.
Nah loh, muda-mudi newbie yang coba-coba pacaran juga gitu. Awalnya cuma chattingan doang. Lama-lama jadi menghalalkan segala perbuatan yang jelas-jelas telah menjadi larangan bagi muslim.
Yang Tersembunyi Dibalik Dalih Ngajak Silaturahmi
Sudah menjadi rahasia umum bahwa ada begitu banyak kasus kekerasan yang terjadi akibat "chatting doang". Angka pengguna aplikasi chatting memang semakin meningkat tiap tahun, termasuk aplikasi cari jodoh atau teman kencan.Menurut data Businessofapps, jumlah pengguna aplikasi kencan online mencapai 323,9 juta di tahun 2021. Angka tersebut meningkat 10,3% dari jumlah pengguna tahun sebelumnya, yaitu sekitar 293,7 juta.[1]
Memang sih, aplikasi semacam itu bisa menjadi media yang bermanfaat dalam proses ikhtiar menjemput jodoh. Tapi, seberapa banyak sih yang benar-benar serius mencari jodoh karena Allah?
Kebanyakan penggunanya hanya orang-orang gabut yang nyari teman chatting. Parahnya lagi, ada yang diam-diam modus nyari teman seks untuk memuaskan birahinya.
Fakta itu diungkap Universitas Indonesia melalui survei motif pengguna aplikasi kencan virtual yang melibatkan 1.650 responden. Sebanyak 79% responden mengaku ingin mencari teman baru, 53% menjalin hubungan romantis, 15% mencari jodoh, dan 28% mencari pasangan seks.[2]
Makanya, jangan heran kalau banyak pengguna aplikasi chatting yang mual-mual ketika pertama kali berkomunikasi dengan orang asing. Bukan karena tertipu oleh foto profil, tapi karena pesan-pesan yang mereka kirim sungguh meresahkan. Mulai dari ngajak chat sex, phone sex, hingga video sex.
Pelecehan yang Berawal dari "Chatting Doang"
Teknologi digital yang berguna untuk memudahkan komunikasi, malah digunakan para predator melancarkan aksi bejatnya. Parahnya, fenomena ini nggak cuma terjadi di aplikasi dating. Tapi juga di media sosial lainnya, seperti WhatsApp, Telegram, Instagram, Facebook, dll.Pokoknya, kudu ekstra waspada. Karena zaman sekarang banyak orang random yang awalnya minta nomer WA buat menyambung silaturahmi, tapi ujung-ujungnya memohon-mohon ngajak zina online. Nggak heran kalau akhirnya banyak kasus pelecehan akibat cuma "chatting doang", di antaranya:
1. Zina Online
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, kalau kelakuan orang-orang di room chat sangatlah random. Yang awalnya kamu kira bisa menemukan teman chatting untuk curhat segala keluh kesah kehidupan, ternyata malah zonk.Tanpa sadar, kalian telah diam-diam zina online berkedok chatting doang. Oke, kalian pasti nggak merasa sedang berzina. Cuma chatting sayang-sayangan doang, kok. Kan cuma kata-kata. Kan cuma emoticon. Kirim-kirim stiker dan gif lucu yang bikin hati berbunga-bunga. Memangnya salah?
Hati-hati sama rayuan setan, bestie! Begitulah kalau setan sedang mengajak kita menawar-nawar hukum Allah. Padahal, Allah jelas-jelas meminta kita agar menjauhi segala perbuatan yang mendekatkan pada zina seperti firman-Nya dalam QS. Al-Isra' ayat 32.
Nah, chatting yang-yangan kayak gitu juga berpotensi menimbulkan zina guys! Sama aja kayak berdua-duaan dengan lawan jenis, lalu bermesraan. Ingat, ketika dua insan bukan muhrim berduaan, maka yang ketiga adalah setan.
2. Transfer Pornografi
Kalau yang ini biasanya terjadi di aplikasi dating yang mempertemukan dua manusia asing di sebuah room chat. Baru kenalan, bukannya tanya-tanya seputar hobi atau kesibukan sehari-hari, malah minta PAP yang ngadi-ngadi. Mulai dari minta kirim gambar anunya, itunya, dan lain-lainnya.Nggak puas dengan gambar, berganti minta kirim video. Atau ngajak video call biar bisa zina online secara live. Astagfirullah...
Hal-hal kayak begini yang bikin pornografi meningkat drastis. Seperti temuan Kominfo, jumlah konten pornografi di internet mencapai 1,5 juta sepanjang tahun 2021 kemarin.[3]
Padahal, konsumsi pornografi jelas-jelas berdampak buruk terhadap kesehatan mental. Mulai dari memunculkan fantasi seks, merusak otak, merusak produktivitas sehari-hari, serta menyebabkan kecanduan.
Bahkan, orang-orang yang sering mengkonsumsi pornografi juga berpotensi menjadi pelaku kekerasan seksual.
3. Diam-Diam Open BO
Perkembangan teknologi digital memang bagaikan dua mata pisau yang berlainan. Di satu sisi banyak muda-mudi yang merintis bisnis online dengan cara open order masakan bunda, jual beli baju bekas, hingga melayani jasa kreatif sesuai keterampilannya.Tapi, di sisi lainnya ada juga yang malah open BO (booking online) alias jual diri. Lagi-lagi, ini fakta yang sangat memprihatinkan. Kemajuan teknologi justru mendorong orang-orang tak bertanggung jawab untuk melakukan pelacuran online.
Dan bagaimana fenomena ini bisa terjadi? Salah satu yang menjembatani adalah chatting. Awalnya cuma chatting, lalu semakin dekat, semakin akrab dan mesra, hingga akhirnya menawar kehormatanmu semalam hanya dengan ratusan ribu. Dan transaksi seks pun terjadi.
Baca juga: kita ini pendosa yang dicintai Allah
4. Pemerasan Atas Nama Cinta
Ada yang baru kenalan seminggu dua minggu di internet, lalu mulai sayang-sayangan, dan akhirnya terjadilah pemerasan atas nama cinta. Awalnya, sang pacar online hanya minta kirim pulsa biar bisa terus chatting dan telponan. Lama-kelamaan permintaannya semakin menjadi-jadi.Mulai dari minta dibayarin makan, dibelikan baju baru, tas baru, sepatu baru, hingga HP baru. Pokoknya, menjadi yang paling rajin minta transferan, padahal statusnya cuma pacar virtual.
Setelah pemerasan ekonomi, mulai memeras ke arah seksual. Awalnya cuma minta kirim foto porno, lama-lama ngajak tidur berkedok staycation. Dalihnya atas nama cinta. Tapi hal itu malah dijadikan senjata andalan untuk memeras lebih banyak lagi.
Kalau permintaannya nggak dipenuhi, auto ngancem putus dan menyebar foto-foto porno yang diam-diam dikoleksi. Parah banget kan? Kasus kayak begini jumlahnya bejibun. Tinggal googling aja dan kalian pasti akan menemukan kasusnya di berbagai daerah.
Lagi-lagi, bagaimana hal itu bisa terjadi? Salah satu yang memupuknya adalah chatting. Yang kalian anggap "cuma chatting doang" itu lama-kelamaan membutakan kita dalam memandang cinta. Dikit-dikit atas nama cinta, sampai tak sadar diri berlumuran dosa.
5. Kabur dengan Pacar Online
Fenomena chatting mesra dengan lawan jenis memang kerap menciptakan hubungan romantis antar muda-mudi. Walaupun nggak pernah ketemu secara langsung, ternyata banyak remaja yang ngaku nemu pacar lewat internet. Bilangnya terlanjur sayang setelah tiap hari chatting dan telponan.Sampai akhirnya, kemelekatan berlebihan dengan sang pacar online ini pun membawanya pada satu ide gila yang tak masuk akal. Yups, kabur dari rumah dan berharap bisa hidup bahagia dengan sang pacar virtual. Nggak tahunya malah diperdaya dan dilecehkan secara semena-mena.
Gimana? Masih mau ngeles, "Gpp kok, cuma chattingan doang"? Ternyata ada begitu banyak sumber dosa dan kasus pelecehan yang bisa terjadi akibat "chatting doang". Rayuannya setan memang gitu. Kelihatannya manis, tapi ternyata cuma bikin 'penyakit'.
Catatan kaki:
[1] https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/02/14/pengguna-aplikasi-kencan-online-tembus-323-juta-orang-pada-2021#:~:text=Menurut%20data%20dari%20businessofapps.com,yaitu%20293%2C7%20juta%20pengguna.
[2] https://tirto.id/aplikasi-kencan-cari-jodoh-atau-teman-bobo-ctrR
[3] https://www.suara.com/tekno/2021/12/03/045000/kominfo-temukan-11-juta-konten-pornografi-di-internet-sepanjang-2021
Post a Comment for "Setan Bilang: "Gpp Kok, Cuma Chattingan!""