Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Cara Membedakan Berita Hoax dan Berita Asli

 Ana: Waah… ngeri banget yah! Masak ada anak diculik untuk dijual organ tubuhnya. Aku bantu sebarin deh biar temen-temen bisa ikut waspada.


Ismi: Eh, ini kan udah terbukti hoaks. Kamu ih, nyebar-nyebarin berita palsu.

Asma: Yahh… Ana ketinggalan berita nih. Boong tuh beritanya. Masak nggak tau.

Ana: Wahh.. hoaks ya?? Aduh, malu banget nih sama teman-teman. Lain kali aku nggak percaya lagi ah sama berita-berita ginian.

Bahaya berita hoax

Pernah nggak kamu ngalamin kejadian seperti ini?Ini artinya kamu sudah termakan berita palsu. Nggak perlu malu, karena aku juga pernah kena kok.

Yang penting sekarang kamu perlu tahu gimana cara mengenali dan menyikapinya. Biarpun kamu udah jago pakai fitur di Whatsapp, Instagram, Twitter, tapi belum tentu kamu bisa memakainya dengan benar.

Cara memakai yang benar itu yang namanya literasi digital. Kalau keterampilan baca itu namanya literasi membaca, kalau keterampilan pakai media digital itu namanya literasi digital.

Mengenali dan menyikapi hoaks adalah bagian dari literasi digital. Ini ilmu yang penting di zaman sekarang.

Apa itu hoaks?

Hoaks adalah berita palsu atau berita bohong yang sengaja dibuat seperti berita resmi. Misalnya, ada keterangan sumbernya dari Polda Metro Jaya. Kadang sampai ada logo dan nama pihak resminya. Canggih deh, sampai kadang susah dibedakan dengan aslinya.

Terus kenapa ya, ada yang repot-repot bikin hoaks? Nah, biasanya ada 2 jenis oknum nih.

Yang pertama, orang iseng. Mereka ngerasa lucu kalau ada yang terjebak keisengannya.

Yang kedua, pihak yang punya niat buruk. Misalnya mencemarkan nama baik musuhnya atau menghasut orang banyak.

Nah, yang seperti ini korbannya banyak tokoh politik, seperti calon presiden atau tokoh partai.

Hoaks ini banyaknya muncul di sosmed. Karena siapapun bisa nulis dan ngirim berita di sosmed. Nggak ada yang ngecek kebenarannya. Jadi orang iseng ataupun oknum penghasut suka pakai sosmed, karena gampang ngirim dan nyebarnya.

Sama juga, Wikipedia, YouTube, blog dan vlog juga bisa ditulis oleh siapa saja. Beda dengan TV dan koran resmi, walaupun bisa jadi media seperti ini nggak sepenuhnya netral.

Kalau di Indonesia, menurut Mafindo paling banyak hoaks itu munculnya di Facebook, lalu Twitter dan Whatsapp. Hukuman untuk penyebar hoaks bisa berlapis lapis, seperti UU ITE Nomor 11 Tahun 2008.

Serius ya ancaman hukumannya. Ini tanda hoaks itu dianggap berbahaya sekali.

Baca juga: Pemikiran Stoikisme: Filosofi Hidup Tenang dan Bahagia

3 Pihak yang Dirugikan Hoaks

Nah, ada tiga pihak nih yang paling mungkin dirugikan dengan adanya hoaks.

1. Diri kamu sendiri

Seperti contoh di awal, kamu jadi ngerasa malu karena temen-temen kamu pada tahu kalau kamu ikut nyebarin hoaks. Paling parah kalau nantinya kamu sampai tidak percaya sama semua berita, termasuk berita yang asli. Jangan sampai terjadi ya.

Terus, yang sering terjadi juga adalah penipuan pemenang undian atau hadiah. Kamu jadi rugi uang karena diminta transfer uang atau pulsa, lalu hadiahnya nggak diterima.

Yang lebih bahaya lagi, kalau kamu sendiri jadi termakan hasutan oknum. Bisa jadi hasutan untuk mendukung atau membenci pihak tertentu.

Contohnya, ujaran kebencian yang menyerang suku atau agama tertentu. Ini semua mungkin terjadi kalau kamu tidak hati-hati.

2. Orang yang ditarget oleh hoaks

Kasihan ya, kalau tahu-tahu ada berita palsu yang menjelek-jelekkan reputasi seseorang. Contohnya, Presiden sering tuh jadi korban berita palsu.

Dari pidato palsu, mundur mendadak, hingga barter tak adil dengan pemerintah China.

3. Masyarakat luas

Dampaknya biasa ada di dua area, yaitu politik dan keamanan. Di bidang politik, menjelek-jelekkan lawan dan memuji-muji diri sendiri sering dilakukan.

Masyarakat jadi terbodohi dan memilih pihak yang paling banyak bohongnya. Kalau di bidang keamanan, yang sekarang sering terjadi adalah hoaks virus corona.

Salah satu yang pernah viral adalah konsumsi bawang putih supaya tubuh kebal dari virus corona. Ini bahaya, karena banyak orang jadi nggak ngikutin pedoman kesehatan yang benar.

Misalnya, tidak pakai masker, tidak cuci tangan, dan tidak menjaga jarak karena sudah makan banyak bawang putih, haha.

Makin banyak dong yang tertular virus kalau begini! Jadi gimana biar kita bisa membedakan mana yang hoaks dan mana yang bener?

Cara membedakan berita hoaxs dan asli

Caranya, biasakan diri untuk berpikir kritis kalau lihat berita, terutama yang disebar lewat sosmed dan Whatsapp.

Sebelum share ke teman-teman, tanyain deh 5 hal berikut: Jelas tertulis ga siapa yang nulis? Kalau ngga, jangan langsung dipercayai.

Kalau ditulis, belum tentu benar juga. Seperti contoh di awal, ada yang mengaku dari Polda Metro Jaya padahal ternyata bukan.

Kalaupun penulisnya betulan, waspada juga ya. Tentunya seorang ahli atau profesional di bidangnya lebih bisa dipercaya dari YouTuber favorit kamu.

Kalau kamu sudah bisa pakai Google, coba search dulu nama penulisnya. Kalau tidak ketemu rekam jejak yang mendukung beritanya, kemungkinan palsu ya.

Hal apa yang diminta artikelnya untuk kamu lakukan? Apa ada kata-kata “mohon sebarkan” atau “mohon viralkan”? Atau diminta membenci atau mendukung pihak atau produk tertentu?

Nah, kalau kamu sudah kira-kira tahu siapa yang nulis dan apa tujuannya, kamu bisa menilai apakah artikelnya bisa dipercayai kebenarannya dan apakah kamu akan menuruti permintaan penulisnya.

Biasanya yang kamu lihat judulnya dulu. Bisa jadi judulnya clickbait dan heboh, seperti penculikan anak atau resep rumahan anti virus corona.

Ini biasanya jebakan pertama supaya kamu sebarkan dengan segera. Nah, jangan berhenti di judulnya yah. Kamu baca juga isinya.

Kadang isi beda dengan judul, bisa jadi kamu ternyata tidak setuju dengan isinya. Jangan sampai salah paham dan share berita yang kamu sendiri tidak baca.

Selain itu, kalau orang iseng yang ngarang berita hoaks, seringnya penulisan banyak kesalahan. Misalnya salah eja atau typo.

Tidak cuma itu, perhatikan deh foto dan videonya kalau ada. Kadang diedit atau diambil sepenggal saja supaya mengecoh. Bisa juga tanggalnya ternyata sudah lama banget. Lalu tidak mengutip sumber resmi.

Di mana kamu melihat berita ini? Kalau di Whatsapp grup keluarga, temen, broadcast, sosmed, ingat kalau siapapun bisa menulis dan menyebarkannya. Walaupun belum tentu semuanya hoaks.

Bisa kamu cek di Google, apakah sudah diberitakan di tempat lain? Lebih aman kalau berita yang sama sudah ada di kantor berita resmi, laman pemerintah atau organisasi non profit.

Biasanya website seperti ini diakhiri dengan .com, .net, .gov, .or. Tapi kalau beritanya asalnya dari website yang namanya aneh-aneh, seperti blogspot123.id/456789, kemungkinan berita palsu yah.

Apalagi kalau di websitenya banyak iklannya. Mungkin beritanya cuma clickbait, supaya websitenya dapat banyak uang dari iklan kalau dikunjungi.

Kalau ragu, bisa kamu coba tanya apa pendapat orang dewasa. Bisa jadi orangtua, guru, kakak. Mungkin buat kamu beritanya meyakinkan, tapi orang dewasa yang sudah lebih berpengalaman begitu lihat langsung tahu itu hoaks.

Nah, kalau kamu sudah bertanya kelima pertanyaan ini dan jawabannya sepertinya berita hoaks nih, sebaiknya jangan diteruskan ya.

Kalau ada yang nyebarin berita yang sama, peringati kalau menurut kamu itu hoaks. Tapi kalau beritanya kayaknya benar dan bermanfaat nih untuk diketahui orang lain, boleh deh kamu bantu sebarkan.
Aksa Asri
Aksa Asri Tempatku melamun akan berbagai hal :")

Post a Comment for "Cara Membedakan Berita Hoax dan Berita Asli"