Pendapat Mereka Tentang Penting Nggak Sih Punya Circle?
Pandangan 1:
Menurutku circle penting sih. Kita manusia makhluk sosial kalau butuh bantuan pasti minta ke orang lain. Nah, bayangin saat mau minta tolong ke orang yang lu jarang atau gak pernah ngobrol sama dia, pasti awkward dong atau malu.
Maka dari itu, dengan banyaknya circle, kamu jadi punya orang-orang yang bisa dimintain tolong diberbagai keperluan. Singkatnya, ini merupakan 'friends with benefits' dengan artian sesungguhnya.
Pandangan 2:
Penting, kalau kebetulan kita menemukan banyak circle yang berkualitas. Kalau engga, yasudah. Seenggaknya seleksi ketat pemilihan teman. Kalau circlenya cuma hahahihi, ghibahin orang, nongkrong gajelas, gapunya tujuan hidup, lebih baik dijauhi, seriously.
Soalnya gue udh pernah ngalamin masuk circle yang nggak benar. Kita engga bisa dengan mudah merubah orang, tapi kita punya kontrol diri. Kita ini adalah raja untuk diri sendiri.
Pandangan 3:
Terlepas dari banyak atau sedikitnya teman kita yang terpenting adalah kita memiliki hubungan yang sehat dengan orang lain. Nggak semua orang bisa beruntung memiliki circle atau punya banyak teman.
Yang terpenting adalah perbanyak kegiatan positif, seperti bergabung sebagai relawan di organisasi, ikut karang taruna, remaja masjid, ada kemungkinan dari kegiatan tersebut bisa jadi chance buat kita untuk kenal lebih banyak orang.
Bukan tdk mau banyak pertemanan, awalnya memang banyak pertemanan namun ketika kepercayaan rusak, otomatis kita jd berkurang rasa percaya nya, hubungan nya otomatis jd menurun, komunikasi pun enggan, blm lg pertemanan yg toxic ngerusak mental n psikis.
Pandangan 4:
Pentingnya sebuah kepercayaan dalam menjalin pertemanan, karena tanpa kepercayaan susah buat menjalin pertemanan.
Pertemanan sedikit namun berkualitas pembicaraannya selain bikin nyaman, bisa bangun kepercayaan yang baik, juga bikin kita jadi sehat mental dan psikis.
Dibandingkan banyak teman
tapi orang-orangnya toxic, ada maunya, manfaatkan keadaan. Didepan
terlihat care, di belakang buruk rupa. Orang yang seperti ini
bukan hanya ngerusak mental atau pikiran kita, tapi bikin susah hidup, karena cuma jadi "racun".
Pandangan 5:
Dalam pertemanan atau circle apapun itu harus ada ketulusan, tidak serta merta berkompetisi, tebar siasat, dan nyari untung. Bukan hanya tentang memilih, tapi juga dipilih.
Pandangan 6:
Menurut pengalamanku, itu ngaruh banget sih. Aku yang tumbuh dikota kecil dan iseng temenan sama orang yang tinggal dikota besar kayak jakarta, bandung dll.
Dari mulai mindset, pandangan hidup itu berubah banget, jadi punya tujuan hidup dan mulai cari penghasilan di umur remaja, itu disebabkan karena iri sama temen yangg punya privillage, dan iri disini iri positif yang membuahkan motivasi.
Pandangan 7:
Saya cenderung introvert, lebih nyaman kalau sendiri. Tapi saya sadar, kalo mau berkembang, ya harus keluar dari zona nyaman. Jadi saya tetap mengusahakan supaya punya circle dalam kehidupan sehari-hari.
Bukan berarti zona nyaman ini negatif ya, zona nyaman ini penting buat bikin kita merasa aman dan nyaman.
Masalah penting atau nggak punya banyak circle, itu balik lagi kebutuhan dan tujuannya apa. Dan itu tergantung juga pada limit yang ditetapkan masing-masing personal.
Orang plegmatis jelas punya limit kebutuhan/kepuasan/kebahagiaan yang berbeda dengan orang yang ambisius.
Uniknya, akhir-akhir ini, aku merasakan manfaat dr "virtual circle". Aku suka nonton podcast seperti Endgame-nya Gita Wirjawan, dan itu berasa punya teman dengan skill tertentu yang mumpuni dan bisa menginfuse pengetahuan dan semangat baru dalam diri saya.
Merasa nggak terlalu tenggelam dalam problematika diri sendiri. Dan itu powerfull bangetloh ternyata.
Pandangan 8:
Dari pengalaman pribadi, kalau kita emang udah gak diterima di suatu circle, udah nggak usah ngarep atau cape-cape abisin tenaga/energi buat masuk ke dalam. Mending tinggalin dan cari circle lain.
Cape dan stress sendiri kalau maksa/ngarep untuk masuk circle tapi kita gak di accept....”don’t waste our energy in the wrong place.”
Pandangan 9:
Sebagian besar orang, circle itu penting. Karena bisa jadi support system mereka (selagi itu circle sehat ya). Itu fakta kok. Tapi bagi sebagian kecil orang, yang introvert terutama. Circle itu melelahkan sih. Suka drama. Mending sendiri aja. Hidup jadi lebih fokus ga ada distraksi dari external. Tapi tetap berteman dengan siapa pun. Berusaha menjalin hubungan baik. Karena ga bisa munafik, manusia kan butuh orang lain.
Pandangan 10:
Saya dari TK sampai SMA belum pernah punya circle, akhirnya pas kuliah merantau nemu circle yang 1 hobby dan anggotanya dari beberapa daerah.
Asli seru banget sih udah berasa kaya keluarga. Dari urusan akademik, hobby sampai kehidupan sehari-hari bisa dijalani bareng, saling bantu dan hepi.
Tapi semenjak lulus kuliah dan balik ke daerah masing-masing. sampai hari ini jangankan circle, saya nyari temen deket aja susah.
Kebanyakan temen makan temen atau temen yang uud (ujung ujungnya duit). sampai masih tetep jaga komunikasi sama circle kuliah, tapi udah ngga bisa sesolid dulu karna udah pisah daerah.
Pandangan 11:
Saya introvert (85%) dan suka banget sendirian. Tapi, gak memungkiri kalau sebagai makhluk sosial memang kadang butuh bersosialisasi dengan orang lain untuk bertukar pandangan, informasi.
Kadang insight tidak langsung dari mereka bisa memecahkan masalah bikin overthinking kalau dipikir sendirian.
Dulu, saya juga pernah punya trust issue karena dikhianati sama orang-orang yang saya anggap teman. Pernah enggan punya teman lagi, takut disakiti. Tapi, saya tahu nggak bisa gitu terus.
Karena kapan mau sembuh trust issue-nya kalau saya gak mau nyoba berusaha lagi? Akhirnya, saya mulai nyari sirkel dari hobi. Gak melulu cari teman itu harus yg bisa diajak curhat dan berbagi apapun, tapi paling nggak terhubung sama orang lain karena minat yang sama.
Dari minat yang sama, lama-lama rasa percaya mulai tumbuh. Sampai sekarang, saya nggak bisa trust orang 100%, tapi saya pikir itu wajar, ya.
Karena masih normal lah kalau masih ada beberapa hal yang nggak kita bagi ke orang lain, hanya kita dan Tuhan aja yang tahu, hehe. Asal, gak berbahaya bagi orang lain dan nggak merugikan buat kita juga.
Singkat kata, jangan takut untuk berusaha mencari sirkel yang cocok sama kita. Jadikan pengalaman sebagai pelajaran untuk berhati-hati dalam menilai orang. Kalau dirasa nggak cocok, tinggal keluar dan cari sirkel lain. Yang penting, jangan berhenti untuk berusaha. :)
Baca juga: kenapa kita harus punya banyak circle?
Nah, beragam juga ya pendapat teman-teman tentang circle pergaulan, semua ada plus minesnya. Kalau menurut ITzen, penting nggak sih punya circle sekolah/kuliah?
Post a Comment for "Pendapat Mereka Tentang Penting Nggak Sih Punya Circle?"